KEUNIKAN SERTA PERAN PENTING HUTAN MANGROVE PADA WILAYAH KABUPATEN MUNA DAN MUNA BARAT
KEUNIKAN SERTA PERAN PENTING HUTAN MANGROVE
PADA WILAYAH KABUPATEN MUNA DAN MUNA BARAT
Oleh :
Fathul Bari, M.Pd
A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak ragam biodiversitas yang tersebar luas mulai dari wilayah daratan hingga laut. Keberadaan biodiversitas ini memerlukan ekosistem pendukung untuk keberlanjutan, salah satunya bagian dari ekosistem yang mendukung dan memelihara biodiversitas adalah tanaman mangrove yang menjadi kekayaan wilayah Indonesia serta memiliki banyak fungsi. Menurut Azmat (2020) ekosistem mangrove merupakan elemen utama yang berada di antara ekosistem lautan dan daratan yang mempunyai fungsi dukungan lingkungan, keanekaragaman hayati serta sumber makanan bahkan untuk bahan bakar. Jenis vegatasi berkayu ini banyak ditemukan pada wilayah pesisir belahan dunia yang mempunyai iklim tropis dan subtropis.
Mangrove adalah ekosistem penting yang terletak di zona peralihan antara darat dan laut dan memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan ekologis pesisir. Pada wilayah pesisir di Indonesia tepatnya di Kabupaten Muna dan Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, jenis tanaman ini dapat ditemukan serta memiliki manfaat ekologis dan ekonomis. Menurut Rahman dkk (2024) mangrove sebagai salah satu habitat yang masih alami terdapat di pesisir Kabupaten Muna Barat terdapat spesies mangrove dominan di wilayah ini adalah Sonneratia Alba dengan kerapatan 750 – 1000 pohon/ha dan termasuk pada kategori sedang. Pada wilayah Kabupaten Muna berdasarkan data dari Pusat Kajian Lingkungan Hidup (2022), luas hutan mangrove di Kabupaten Muna adalah sekitar 2.500 hektar.
Mangrove memiliki peran penting yang unik bagi kehidupan yang dimana hal ini dapat dilihat dari jumlah mahluk hidup bergantung pada ekosistem tersebut baik yang hidup di perairan, di atas lahan serta di tajuk-tajuk eksistem tersebut. Selain itu mangrove juga memiliki fungsi untuk menyerap karbondioksida sehingga peran ini dapat juga mengurangi emisi gas karbon CO2 di atmosfer. Selain fungsi menyerap karbon melalui tegakan pohonnya mangrove juga mampu menyimpan karbon di tanah dengan cara mengubur sisa dekomposisi bahan organik bahkan erasah mangrove dapat menyimpan tiga kalipat dibandingkan dengan tegakan pohon. Terjadinya akumulasi karbon pada mangrove melalui estuari diantaranya mangrove teluk, mangrove di perairan asin dan mangrove rehabilitasi.
Keunikan yang dimiliki mangrove sangat beragam diantaranya berupa kemampuan tumbuh di habitat intertidal dengan adaptasi khusus terhadap salinitas tinggi, akar yang menopang untuk stabilitas di lumpur, dan kemampuan menyaring garam, yang berperan penting dalam melindungi pantai dari erosi, menyediakan habitat bagi beragam biota, dan mendukung penyerapan karbon yang tinggi. Mangrove adalah ekosistem hutan yang unik dan vital bagi lingkungan pesisir. Artikel ini membahas keunikan, manfaat, serta upaya konservasi mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan cara memperhatikan keberagaman flora dan fauna serta dampak terhadap masyarakat lokal.
B. METODE
Penelitian ini menggunakan metode literature review berupa tinjauan pustaka yang sistematis melalui proses identifikasi, menginterpretasi, membandingkan serta menyimpulkan dari seluruh temuan yang diperoleh. Data yang diperoleh yakni menggunakan Google Scholar serta jurnal baik nasional maupun internasional yang didapatkan dari internet dengan kata kunci ‘Mangrove di Kabupaten Muna dan Muna Barat’, ‘keunikan mangrove’. Jurnal yang digunakan dengan kriteria 5 tahun terakhir. Metode ini pernah digunakan oleh Rahmah dkk (2021) dengan judul Potensi Tanaman Mangrove Sebagai Agen Anti Kanker. Sejalan dengan Yusran (2021) yakni setelah mengekstrak data, maka dilakukan analisis untuk menggabungkan data dengan menyesuaikan judul sehingga didapatkan artikel yang relevan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Artikel ini memberikan gambaran komprehensif tentang hutan mangrove di Muna dan Muna Barat serta menyoroti sejauh mana pentingnya pelestarian dan pemanfaatan yang berkelanjutan agar searah dengan Sustainable Development Goals. Adapun beberapa hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode literature review dimuat dalam beberapa penjelasan diantaranya sebagai berikut :
1) Keanekaragaman Hayati Mangrove di Muna dan Muna Barat
Keanekaragaman hayati mangrove di Kabupaten Muna dan Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, mencerminkan kekayaan ekosistem pesisir yang sangat penting bagi keseimbangan ekologi daerah tersebut. Terdapat berbagai jenis Mangrove di wilayah tersebut yang terdiri dari Rhizophora, Avicennia, Sonneratia dan Bruguiera, yang membentuk komunitas tumbuhan yang kompleks. Struktur akar unik dari spesies ini, seperti akar tunjang dan pneumatofor, fungsinya tidak hanya memperkuat tanah terhadap erosi namun juga menyediakan habitat penting bagi banyak spesies seperti ikan, moluska, dan crustacea (hewan bercangkang keras seperti kepiting). Vegetasi mangrove mampu menjadi pendukung untuk keragaman kehidupan laut, menyediakan tempat pemijahan, perlindungan bagi larva dan sumber makanan bagi spesies yang lebih besar.
Selain fungsinya sebagai habitat bagi berbagai fauna, ekosistem mangrove di Muna dan Muna Barat juga berperan dalam siklus biogeokimia, seperti penyaringan polutan, penyerapan karbon, dan pemeliharaan kualitas air pesisir. Fungsi ini dapat menjadi jawaban tantangan perubahan iklim yang berubah menjadi krisis iklim saat ini dengan cara menurunkan emisi karbon serta selaras dengan target penurunan emisi. Selain fungsi tersebut terdapat pula berbagai spesies burung, serangga dan hewan lain yang juga memanfaatkan hutan mangrove ini sebagai tempat tinggal atau persinggahan. Fungsi ekologis ini menjadikan mangrove sebagai benteng alami yang mampu menjaga kestabilan pesisir serta menjadi fondasi penting bagi kesejahteraan komunitas setempat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut untuk kebutuhan hidup, seperti perikanan dan kayu.
Hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Muna dan Muna Barat menunjukkan keanekaragaman hayati yang kaya, pasalnya terdiri dari berbagai jenis tumbuhan dan fauna. Hal ini senada dengan Riyadi (2020) bahwasanya beberapa jenis mangrove yang dominan di wilayah ini antara lain Rhizophora spp, Avicennia spp dan Sonneratia spp. Ini berarti vegetasi yang ada memiliki berfungsi sebagai habitat bagi berbagai spesies ikan, burung dan invertebrata, termasuk beberapa spesies yang terancam punah. Menurut Setiawan (2019) fungsi dari hutan mangrove juga dapat dijadikan tempat pembibitan ikan dan udang sehingga dapat menjadi mata pencaharian bagi warga lokal. Hal lain yang menjadikan kawasan ini penting yakni menjadi tempat konservasi burung, karena sering kali burung migrasi menggunakan mangrove sebagai tempat singgah.
Berbagai jenis mangrove di wilayah Kabupaten Muna dan Muna Barat, yang dapat ditemukan, diantaranya:
Tabel 1.
Jenis Mangrove yang Ditemukan di Muna dan Muna Barat
Jenis Mangrove |
Nama Ilmiah |
Rhizophora |
Rhizophora spp. |
Api-api |
Avicennia spp. |
Pedada |
Sonneratia spp. |
Lacang |
Bruguiera spp. |
Memacu/India |
Ceriops spp. |
Sumber : Setiawan (2019)
a) Rhizophora spp. (Bakau): Rhizophora seperti Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata sering ditemukan di daerah ini. Spesies ini dikenal dengan akar-akar tunjang yang membantu stabilisasi tanah dan perlindungan dari erosi.
b) Ceriops spp. : Ceriops tagal juga ditemukan dan dikenal dengan akar nafas yang memberikan dukungan struktural dan akses udara. dikenal sebagai mangrove memacu atau mangrove India, merupakan spesies pohon bakau dalam keluarga Rhizophoraceae, saat ini dilundungi di Afrika Selatan.
c) Avicennia spp. (Api-api): Spesies seperti Avicennia Marina sering ditemukan dan memiliki akar pernapasan yang menonjol di atas permukaan tanah, yang membantu dalam aerasi di substrat berlumpur.
d) Sonneratia spp. (Pedada): Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris juga umum. Mereka memiliki pneumatofor yang membantu dalam pertukaran gas di lingkungan anaerobik.
e) Bruguiera spp. : Spesies seperti Bruguiera gymnorrhiza dan Bruguiera sexangula memiliki akar papan yang menyebar ke segala arah untuk penstabilan.
2) Manfaat Ekologis dan Ekonomis Mangrove
Mangrove di wilayah Kabupaten Muna dan Muna Barat memiliki beragam manfaat ekologis yang signifikan, termasuk perlindungan pantai dari erosi, pengurangan dampak badai dan penyerapan karbon dioksida. Menurut penelitian oleh Firmansyah et al. (2021), mangrove di wilayah ini mampu menyerap sekitar 0,5 ton karbon per hektar per tahun, menjadikannya sebagai salah satu solusi alami untuk mitigasi perubahan iklim. Hal ini penting untuk diketahui guna memfasilitasi penyerapan gas rumah kaca (GRK) secara efektif dan pencegahan perubahan iklim melalui praktik rendah emisi dan pengelolaan ekosistem mangrove yang optimal di wilayah pesisir Kabupaten Muna dan Muna Barat.
Manfaat dari sisi ekonomis, mangrove menyediakan sumber daya penting bagi masyarakat lokal. Mangrove dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk makanan yang dapat dijual seperti dodol dari buah mangrove dan wisata mangrove dapat menjadi sumber ekonomi kreatif bagi masyarakat di sekitar lokasi. Selain itu, kayu mangrove dapat digunakan untuk bahan bangunan dan arang, sementara ekosistem perairannya mendukung perikanan lokal. Menurut Rahman & Sari (2022) pada beberapa tahun terakhir, pengembangan ekowisata mangrove di Kabupaten Muna dan Muna Barat juga mulai menunjukkan potensi sebagai sumber pendapatan tambahan, dengan adanya wisatawan yang tertarik pada keindahan alam dan aktivitas edukatif terkait ekosistem mangrove. Peran penting yang dimainkan oleh ekosistem Mangrove di Muna dan Muna Barat diantaranya adalah :
a) Menjadi pelindung daerah pesisir: Melindungi garis pantai dari terjadinya erosi, abrasi dan dampak gelombang besar serta badai.
b) Menjadi pegendalian Banjir: Menyerap dan menyaring air laut selama pasang tinggi, membantu mencegah banjir di daerah daratan.
c) Menjadi penyaringan alami: Menyaring polutan dari air yang berasal dari darat sebelum masuk ke laut.
d) Menjadi habitat dan pemijahan: Menyediakan habitat bagi berbagai spesies ikan, udang dan kepiting, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut.
e) Menjadi sumber mata pencaharian: Menghasilkan produk seperti kayu bakar, arang, dan madu, serta mendukung perikanan lokal.
3) Ancaman dan Tantangan Konservasi
Meskipun memiliki banyak manfaat, keberadaan hutan mangrove di Muna dan Muna Barat menghadapi berbagai ancaman. Pasalnya keanekaragaman hayati mangrove di daerah tersebut menghadapi tantangan serius akibat aktivitas manusia yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan, seperti konversi lahan menjadi tambak, perumahan dan pencemaran dari limbah domestik maupun industri. Perubahan iklim dengan peningkatan permukaan air laut dan cuaca ekstrem juga menjadi ancaman bagi keberlanjutan ekosistem mangrove. Adanya upaya konservasi dan rehabilitasi yang melibatkan masyarakat setempat dan penerapan regulasi yang ketat sangat penting untuk melindungi dan memulihkan ekosistem mangrove.
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mangrove dan meningkatkan partisipasi mereka dalam program konservasi merupakan sebuah langkah kunci agar dapat memastikan keanekaragaman hayati mangrove di Muna dan Muna Barat tetap terjaga dan dapat terus memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi generasi mendatang. Menurut Hidayat et al., (2020) pengembangan wilayah pesisir yang tidak terkendali, konversi lahan untuk pertanian dan penebangan ilegal merupakan tantangan utama bagi hutan mangrove. Selain itu, perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut juga dapat berpotensi mengancam keberlanjutan ekosistem ini. Hal ini memerlukan sebuah upaya konservasi guna mempertahankan keberadaan hutan mangrove ini.
Langkah dalam upaya konservasi yang bisa dilakukan menurut Zainuddin (2021) antara lain yakni reboisasi mangrove, edukasi masyarakat dan pengembangan regulasi perlindungan mangrove. Salah satu program yang sukses adalah pelibatan komunitas lokal dalam upaya penanaman mangrove, yang tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga memberikan manfaat ekonomi langsung bagi mereka. Hal ini dianggap mampu menjawab beberapa tantangan dan ancaman yang dihadapi mangrove di Muna dan Muna Barat diantaranya deforestasi berupa pembukaan lahan untuk pertanian, perumahan, dan pembangunan infrastruktur. Kemudian pencemaran yakni masuknya limbah dari daratan yang mencemari lingkungan mangrove. Selanjutnya perubahan iklim atau peningkatan permukaan air laut dan perubahan pola cuaca yang dapat mengancam kelangsungan hidup ekosistem mangrove.
D. KESIMPULAN
Hutan mangrove di Muna dan Muna Barat adalah ekosistem yang sangat penting dari segi ekologis dan ekonomis. Keanekaragaman hayatinya yang tinggi, serta berbagai manfaat yang diberikan, menjadikan hutan mangrove sebagai aset berharga yang perlu dilindungi. Meski menghadapi banyak tantangan, melalui upaya konservasi dan partisipasi aktif masyarakat, keberlanjutan ekosistem mangrove dapat dijaga untuk generasi mendatang. Keanekaragaman hayati mangrove di Muna dan Muna Barat adalah aset penting yang harus dijaga. Melalui upaya konservasi dan kesadaran masyarakat, kita dapat memastikan keberlanjutan ekosistem ini dan manfaat yang diberikannya bagi lingkungan dan kesejahteraan manusia.
E. SARAN
Mangrove di Kawasan Kepulauan Muna diperlukan upaya rehabilitasi, upaya tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya sebagai berikut :
1) Rehabilitasi:
Penanaman kembali mangrove di area yang telah rusak atau terbuka. melakukan rehabilitasi di area mangrove yang telah rusak akibat penebangan atau perubahan penggunaan lahan. Ini melibatkan penanaman bibit mangrove yang sesuai dengan kondisi setempat untuk memastikan tingkat keberhasilan yang tinggi. Selain itu dapat melakukan melalui rehabilitasi teknik modern dengan cara Manfaatkan teknik rehabilitasi modern seperti Ecological Mangrove Restoration (EMR), yang berfokus pada pemulihan proses-proses ekologis alami yang mendukung pertumbuhan mangrove. Pendekatan ini melibatkan perbaikan hidrologi dan substrat yang mendukung regenerasi alami mangrove.
2) Perlindungan Hukum:
Menetapkan kawasan konservasi dan regulasi yang ketat terhadap aktivitas yang merusak. Meningkatkan perlindungan kawasan dengan membentuk kawasan konservasi khusus untuk mangrove dan memastikan penegakan hukum yang ketat terhadap aktivitas ilegal seperti penebangan dan konversi lahan. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan konservasi mangrove. Berikan pelatihan dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang pentingnya mangrove dan cara-cara untuk melindunginya. Inisiatif berbasis masyarakat dapat mencakup patroli ekologi, pemantauan hutan dan pengembangan usaha ramah lingkungan seperti ekowisata. Mengembangkan ekowisata berbasis mangrove yang dapat meningkatkan ekonomi lokal sekaligus mendukung konservasi. Ini dapat mencakup tur mangrove, pendidikan lingkungan, dan promosi keanekaragaman hayati yang menarik wisatawan.
3) Edukasi dan Kesadaran:
Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mangrove dan melibatkan mereka dalam upaya konservasi. Upaya ini dapat dilakukan melalui program pendidikan di sekolah-sekolah dan masyarakat umum. Program ini bisa mencakup pelatihan, seminar dan pembuatan materi edukasi seperti brosur dan video. Membangun kerjasama antara pemerintah daerah, akademisi, LSM dan sektor swasta untuk mengembangkan strategi konservasi yang komprehensif dan berkelanjutan. Kolaborasi ini sangat penting guna mengintegrasikan berbagai sumber daya dan keahlian dalam melindungi mangrove.
4) Penelitian dan Pemantauan:
Melakukan penelitian secara kontinyu untuk memantau kondisi mangrove dan mengidentifikasi ancaman. Mendorong adanya penelitian untuk memahami ekosistem mangrove secara lebih mendalam, termasuk studi tentang keanekaragaman hayati, ekosistem jasa dan dampak perubahan iklim. Hasil penelitian ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang berbasis data untuk konservasi dan pengelolaan.
5) Adaptasi Krisis Iklim:
Kembangkan strategi adaptasi untuk menghadapi dampak perubahan iklim, seperti peningkatan permukaan air laut dan cuaca ekstrem. Hal ini dapat melibatkan pembentukan zona penyangga dan peningkatan ketahanan mangrove melalui rehabilitasi dan perlindungan. Perlu juga mengimplementasikan pengelolaan limbah yang efektif untuk mengurangi pencemaran yang dapat merusak ekosistem mangrove. Pastikan bahwa limbah industri dan domestik dikelola dengan baik sebelum mencapai area mangrove.
DAFTAR PUSTAKA
Azmat, A., Kazmi, J.H., Shahzad, A. & Shaikh, S. (2020). Mapping change in spatial extent and density of mangrove forest at Karachi Coast using object-based image analysis. International Journal of Economic and Environmental Geology, 11(1), 118-122. DOI: https://doi.org/10.46660/ijeeg.Vol11.Iss1.2020.423
Firmansyah, Y., Sari, P. D., & Hidayat, R. (2021). Mangrove dan peranannya dalam penyimpanan karbon. Jurnal Lingkungan Hidup, 22(3), 200-215.
Hidayat, R., Firmansyah, Y., & Zainuddin, H. (2020). Tantangan dan upaya konservasi mangrove di Pulau Muna. Jurnal Konservasi Alam, 17(1), 77-89.
Pusat Kajian Lingkungan Hidup. (2022). Laporan potensi dan strategi pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Muna. Universitas Halu Oleo. Retrieved from https://repository.uho.ac.id/handle/123456789/890
Rahmah, W., Nandini, E., & Siregar, K. A. A. K. (2021). Potensi Tanaman Mangrove Sebagai Agen Antikanker: Literature Review. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 10(1), 12-16.
Rahman, A., & Sari, L. (2022). Pengembangan ekowisata mangrove di Muna Barat. Jurnal Pariwisata Nusantara, 10(2), 121-134.
Rahman, R., Natan, J., Fakaubun, F. R., Supusepa, J., & Lokollo, F. F. (2024). Model Dinamika Estimasi Biomassa dan Stok Karbon Tegakan Atas Sonneratia alba di pesisir Kabupaten Muna Barat. Journal of Coastal and Deep Sea, 2(1), 14-25.
Riyadi, A. (2020). Keanekaragaman jenis mangrove di Pulau Muna. Jurnal Biologi Tropis, 18(2), 103-115.
Setiawan, D. (2019). Pengaruh ekosistem mangrove terhadap keanekaragaman burung di Sulawesi Tenggara. Biodiversitas Nusantara, 5(1), 34-45.
Yusran, H., Noor, P. T. Y., & Restika, I. (2021). Literature Review: Tanaman Obat dengan Multiple Effect pada Penderita Diabetes Mellitus. Jimkesmas, 6(1): 26–3 4.
Zainuddin, H. (2021). Peran komunitas lokal dalam konservasi mangrove di Muna. Jurnal Ekologi Pesisir, 9(2), 210-225.
Komentar
Posting Komentar
Untuk Masuk Jangan Lupa Like