Konsep Hakikat Dan Prinsip Kurikulum



Konsep Hakikat Dan Prinsip Kurikulum
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
“Telaah Kurikulum Dan Pengembangan Bahan Ajar”
yang dibina oleh Bapak Roni Alim B, K, M.Pd,


   Oleh Kelompok 1 :

             Fransiskus Kalmon                       140401050170                          2014 E
             Fathul Bari                                    140401050169                          2014 E
             Diana Advensia                            140401050166                           2014 E
 










UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
 Oktober 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum yang berjudul “Konsep, Hakikat dan Prinsip Prinsip Kurikulum” ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis sadar bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dosen pengampu, rekan-rekan, dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kiranya kritik dan saran sangat penulis nanti dari para pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Malang, Oktober 2016


Penulis









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................   i
DAFTAR ISI ...................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................    iii
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................  iv
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................  iv 
1.3 Tujuan .......................................................................................................  iv
1.4 Manfaat ...................................................................................................... iv
1.3 Definisi Oprasional ..................................................................................... iv
 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................     
2.1 Kurikulum saat ini........................................................................................ 1
2.2 Kurikulum di masa mendatang..................................................................... 12    
2.3 Seharusnya kurikulum bagaimana................................................................ 21
BAB III PENUTUP ...........................................................................................     
3.1 Simpulan ....................................................................................................... 22 
31. Saran .............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
                                          
1.1    Latar Belakang
Dalam melakukan suatu kegiatan pasti akan memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan adanya program yang terencana dan dapat mengantarkan proses pembelajaran atau pendidikan sampai pada tujuan yang diharapkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai peranan yang penting karena merupakan operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa melibatkan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan. Kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai komponen-komponen tertentu. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik atau berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak dijalankan sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang dibuat tidak dapat mencapai kesempurnaan jika dalam penyusunannya, penyusun kurikulum tidak memahami secara utuh hakikat dan fungsi kurikulum.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus mengetahui hakikat kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat kurikulum tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
      Makalah ini memunyai rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
      1. Bagaimana kurikulum saat ini?
      2. Bagaimana kurikulum di masa mendatang?
      3. Seharusnya kurikulum itu seperti apa?
1.3 Tujuan
       Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memahami kurikulum saat ini!
2. Untuk mengetahui kurikulum dimasa mendatang!
3. Pendapat penulis tentang kurikulum!
1.4 Manfaat
        Manfaat kurikulum ada tiga, yaitu Kurikulum Bagi Guru, Kurikulum Bagi Sekolah,  dan Kurikulum Bagi masyarakat. Kurikulum Bagi Guru bermanfaat bagi guru itu sendiri sebagai pedoman dalam merancang, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, agar menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik. Kurikulum Bagi Sekolah, dalam sekolah kurikulum dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, mendorong otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan, serta mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan. Dan Kurukulum Bagi Masyarakat, merupakan acuan dalam membimbing putra-putrinya disekolah, serta dalam rangka memperlancar program pendidikan, dan memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah.
1.5 Definisi Oprasional
a. Kurikulum merupakan Kurikulum dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan  insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegar yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
b. Implementasi kurikulum meliputi persiapan pembelajaran yang mencakup pembuatan RPP oleh guru, penggunaan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru dan evaluasi atau penilaian menggunakan penilaian otentik yang dilakukan oleh guru.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian teknik dan alat pengumpulan data harus relevan agar di peroleh data yang yang obyektif. Dalam penelitian ini, beberapa teknik yang digunakan adalah
1.      Wawancara yaitu memberikan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian                             
satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian    jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
2. Studi Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis misalnya dokumen-dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah menumpulkan data melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan di sekolah yang menjadi tempat penelitian.
4.   Observasi dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan cara ini mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian guna melihat langsung mmengenai situasi dan keadaan sebenarnya yang ada di sekolah-sekolah yang menjadi tempat penelitian, yang menjadi objek observasi yaitu mengenai pelaksaanaan RPP dan Proses Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas serta penilaian wakil kepala sekolah bagian kurikulum.
5.Tekhnik Analisis Data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam sehingga bertemu dengan jawaban yang sesungguhnya dari responden. Hasil wawancara digunakan dalam mengelola data. Setelah data terkumpul kemudian menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis kemudian penulis menganalisis dan mendeskripsikannya sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum saat ini
      Berbicara perkembangan kurikulum di indonesia yang saat ini akan berakhir pada kurikulum K13, banyak pendapat dari kalangan para guru, dosen, mahasiswa bahkan masyarakat luas pun mencoba berikan pendapat, ada yang mengatakan bahwa kurikulum 1994 lebih baik dari pada K13, dan ada juga yang mengatakan kok kurikulum ini ganti ganti mulu ya?, maka dari itu dengan adanya makalah Perkembangan Kurikulum di Indonesia ini mudah mudahan rasa ingin tahu tentang perkembangan kurikulum sahabat sahabat semua bisa terpenuhi.
Perkembangan kurikulum di indonesia dari periode sebelum tahun 1945 sampai yang sekarang ini yaitu Kurikulum 2013 atau yang sering disebut K13. Selama proses pergantian Kurikulum tidak ada tujuan lain hanya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Alangkah baiknya sahabat sahabat untuk lebih jelasnya membaca makalah Perkembangan kurikulum di indonesia yang ada di bawah ini.
Kurikulum 2013 hanya akan diterapkan pada sekolah percontohan sesuai dengan kebijakan awal yang dicanangkan pemerintah. Saat ini, penerapan Kurikulum 2013 ke seluruh sekolah di Indonesia mengalami hambatan akibat ketidaksiapan guru dan siswa.
Anggota Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Hamid Hasan mengatakan Kurikulum 2013 hanya akan dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang ditunjuk pemerintah pada awal penerapan kurikulum.
"Kurikulum 2013 tetap dilanjutkan ke sekolah yang siap yang kita namakan sebagai Sekolah Inti," kata Hamid ditemui usai rapat Tim Evaluasi Kurikulum 2013 dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Gedung Kemendikbud.
Konsep sekolah ini, katanya, hampir sama dengan sekolah percontohan yang ditunjuk pada awal penerapan Kurikulum 2013.Sementara itu, Ketua Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Suyanto mengatakan saat ini tim kementerian mencoba membuat purwarupa sekolah-sekolah pelaksana Kurikulum 2013.
Idenya, katanya, bukan mengirimkan konsep sekolah tersebut tetapi aplikasi kurikulum ke sekolah lain yang akan menerapkan Kurikulum 2013. Suyanto juga menyampaikan dalam pembentukan sekolah percontohan untuk aplikasi Kurikulum 2013 yang paling berperan adalah guru dan kepala sekolah.
"Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah harus dilatih dengan benar dan memiliki kompetensi menerapkan Kurikulum 2013," ujar dia. Suyanto mengatakan saat ini jumlah sekolah yang termasuk ke dalam Sekolah Inti Kurikulum 2013 mencapai 6326 unit. Namun, dalam pelaksanaannya, jumlah tersebut bisa berubah tergantung kesiapan masing-masing sekolah.
"Paling tidak yang 6326 unit itu bisa menjadi contoh. Kalau ada sekolah baru yang mau melaksanakan akan kita periksa kriterianya," ujar dia. Ditanyai mengenai kriteria sekolah yang dinilai siap menerapkan Kurikulum 2013, Suyanto mengatakan tim evaluasi belum memiliki kriterianya. Namun, dia menjelaskan akreditasi dan kategori sebagai sekolah mandiri bisa menjadi salah satu indikator menilai kriteria kesiapan. Sementara itu, katanya, untuk sekolah lain di luar Sekolah Inti yang ingin menerapkan Kurikulum 2013 bisa mengajukan permohonan ke pihak Kementerian.
Berikut ini sejarah perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia sejak masa awal kemerdekaan:
a.    Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama lahir pada masa kemerdekaan ini memakai istilah bahasa Belanda Leerplan artinya rencana pelajaran. Istilah ini lebih populer dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
Karena masih dalam suasana perjuangan, pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
b.    Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Paling menonjol sekaligus ciri dari Kurikulum 1952 ini, yaitu setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c.    Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana Pendidikan 1964. Ciri-ciri kurikulum ini, pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
d.    Kurikulum 1968
Lahir pada masa Orde Baru, kurikulum ini bersifat politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
e.    Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
f.     Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
g.    Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
h.    Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Sebagai pengganti Kurikulum 1994 adalah Kurikulum 2004 disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
i.      Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini pada dasarnya sama dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
j.     Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
k.    Kurikulum 2015
Kurikulum tahun 2015 ini ternyata masih dalam tahap penyempurnaan dari kurikulum 2013. Namun Ujian Nasional yang digelar pada tahun 2015 ternyata menggunakan Kurikulum 2006 yaitu KTSP. Karena, untuk saat ini, siswa yang sekolahnya sudah menggunakan Kurikulum 2013 baru melaksanakan tiga semester.

1)  Morat-Maritnya Kurikulum Pendidikan di Indonesia

Berbagai permasalahan muncul ketika sebuah kurikulum baru diaplikasikan dalam dunia kependidikan kita. Salah satunya adalah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Sebuah konsep pendidikan yang sangat bagus namun tidak banyak didukung oleh faktor-faktor yang mampu menopang dan memuluskan pelaksanaan kurikulum tersebut. Pelaksanaan kurikulum yang terlalu cepat, suplai buku yang terlambat dan kurang merata, metode pengajaran yang baru dan dianggap membingungkan bagi sebagian guru dan siswa, dan beberapa permasalahan lainnya. Berbagai kendala ini akhirnya menuai polemik di masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan dunia kependidikan. Hingga akhirnya mencuat sebuah wacana baru saat adanya pergantian pemerintah dan kabinet, yaitu kemungkinan dihentikannya pelaksanaan Kurikulum 2013.
Namun, apakah Kurikulum 2013 kini telah dihentikan pelaksanaannya? Hal itu pernah dijawab oleh Mendikbud Anies Baswedan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Jumat (5/12/2014) lalu. Dalam pernyataannya, beliau mengatakan, “Dengan memperhatikan rekomendasi tim evaluasi implementasi kurikulum, maka Kurikulum 2013 dihentikan.” Namun, dikarenakan ada 6.221 sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama tiga semester lebih maka sekolah-sekolah inilah yang kemudian dijadikan sebagai sekolah percontohan serta sarana untuk mengembangkan dan menyempurnakan Kurikulum 2013.
Mendikbud mengatakan, “Proses penyempurnaan Kurikulum 2013 tidak berhenti, akan diperbaiki dan dikembangkan, serta dilaksanakan di sekolah-sekolah percontohan yang selama ini telah menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester terakhir.”
Keputusan tersebut diambil oleh Kemendikbud dikarenakan adanya fakta bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Beberapa masalah yang menjadi kendala, antara lain kesiapan buku penunjang, sistem penilaian yang masih belum dipahami oleh semua guru, serta masih kurangnya penataran guru, pendampingan guru, dan pelatihan kepala sekolah.
Setelah Kemendikbud mengeluarkan pernyataan tersebut, implementasi Kurikulum 2013 rencananya tetap dilakukan secara terbatas untuk sekolah-sekolah yang pada Tahun Pelajaran 2013/2014 telah melaksanakan kurikulum tersebut. Hanya sekolah-sekolah tersebut yang wajib menjalankan Kurikulum 2013 sebagai tempat untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum tersebut. Apakah semua sekolah sudah melaksanakan keputusan tersebut?
Dalam pelaksanaannya, hal tersebut sepertinya tidak berjalan mulus. Masih ada beberapa daerah yang tetap bersikeras untuk melaksanakan kurikulum 2013, belum bersedia beralih kembali ke KTSP. Misalnya saja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Suba’iah, salah seorang guru SD di Yogyakarta dan penulis buku penunjang pelajaran di Jogja Bangkit Publisher, sempat menyampaikannya ke Redaksi Penerbit PT Galang Media Utama melalui sebuah pesan singkat.
Dalam pesan tersebut, ia menyampaikan bahwa seluruh kepala sekolah dasar se-Daerah Istimewa Yogyakarta pada hari Jumat (23 Januari 2015) telah dipanggil ke kantor Dinas Pendidikan DIY terkait pelaksanaan KTSP (Kurikulum 2006) untuk SD yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 selama tiga semester. Dalam pertemuan tersebut, disampaikan bahwa KTSP harus sudah diberlakukan oleh semua sekolah dasar yang tidak dijadikan sebagai sekolah percontohan, mulai hari Senin (26 Januari 2015). Namun demikian, hal ini tidak serta merta segera dilaksanakan oleh sekolah-sekolah tersebut. Tenggat waktu maksimal pelaksanaan yang diberikan adalah sampai akhir bulan Januari 2015. Dengan demikian, mulai Februari 2015 diharapkan semua sekolah yang tidak dijadikan sebagai sekolah percontohan pelaksanaan Kurikulum 2013 sudah kembali menggunakan KTSP (Kurikulum 2006). Berbagai perencanaan mulai dibuat oleh sekolah terkait transisi kurikulum ini. Menurut beberapa guru dan kepala sekolah di daerah Sleman, DIY, perpindahan kurikulum ini lebih mudah dilaksanakan daripada perpindahan kurikulum sebelumnya (Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013) karena mereka sudah lama dan terbiasa menjalankan kurikulum 2006. Beberapa sekolah mengambil langkah akan menarik kembali buku-buku yang digunakan pada pelaksanaan Kurikulum 2013, dan selanjutnya akan dijadikan sebagai bacaan di perpustakaan sekolah. Selain itu, para guru dan kepala sekolah tinggal menyiapkan hal-hal teknis terkait pelaksanaan pembelajaran sesuai KTSP, misalnya penyesuaian bahan ajar, jadwal pelajaran, dan sebagainya.
(dikutip dari berbagai sumber)

Menengok Kurikulum Pendidikan di Jepang

PERIODE PENDIDIKAN
Tahun ajaran baru di sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan Maret tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan Tinggi. Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester, sekolah-sekolah di Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu CAWU I dari April – Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan Januari hingga Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September, yaitu selama 40 hari (liburan musim panas). Sejak bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja. Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2 dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun sebanyak 220 hari. Angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan negara anggota OECD lainnya. 
SISTEM PENILAIAN
Pada pendidikan wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan negara Indonesia dimana siswa harus melewati jenjang secara bertahap, murid tidak diperbolehkan mengambil jenjang keatas sebelum tuntas pelajaran, murid bisa tinggal kelas apabila tidak memenuhi nilai-nilai yang layak atau dianggap belum mampu menguasai ilmu-ilmu yang diberikan guru kelas.

Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.  Penilaian proses belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.
 KUALIFIKASI GURU
          Guru-guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang dididik dan dilatih oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi, seperti univeristas (daigaku) dan junior college (junior daigaku) yang dipilih oleh kementerian Pendidikan. Untuk menjadi pengajar sekolah dasar atau sekolah menengah negeri seorang calon harus mengikuti sistem rekrutmen. Pengangkatan dilakukan oleh dewan pendidikan distrik. Pengangkatan dilakukan atas dasar rekomendasi superinden distrik berdasarkan hasil ujian rekrutmen. 
Sertifikat mengajar untuk sekolah dasar hanya membolehkan guru mengajar pada sekolah dasar untuk seluruh mata pelajaran. Demikian juga guru yang yang memperroleh sertifikat mengajar untuk sekolah menengah hanya boleh mengajar di sekolah menengah dan membolehkan mereka mengajar hanya pada satu mata pelajaran saja.
         Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi.
          Untuk mendapatkan tugas tambahan seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus mengikuti serangkaian ujian dan menyelesaikan ”inservece training” khusus. Guru-guru di Jepang memiliki tingkat profesional yang lebih baik di bandingkan dengan Amerika Serikat. Guru-guru di Jepang dapat diberikan sanksi oleh sesama rekan profesi jika tidak menjalankan profesinya dengan baik Sejalan dengan kualitas dan profesionalitas yang tinggi. Gaji guru di Jepang sangat memadai, sehingga guru-guru di Jepang sangat dihormati dan mendapat tempat. Guru-guru di Jepang mendapatkan gaji 1,77 kali gaji pegawai perusahaan dan merupakan gaji tertinggi di negara asia. Data yang dikutip dari buku Education at a Glance-nya OECD (Japan) menyebutkan bahwa seorang guru yang baru mengajar akan memperoleh 156,500 yen per bulan atau sekitar 12 juta rupiah. Guru yang telah bekerja selama 20 tahun akan memperoleh gaji sebesar 362,900 yen atau setara dengan Rp 27,324,555 rupiah per bulan. Selain mendapatkan gaji bulanan guru juga memperoleh pendapatan tambahan (adjusment allowance) sebesar 4% gaji bulanan. Bonus juga akan didapatkan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan Desember sebesar 4.65% gaji bulanan. Sehingga guru yang bekerja selama 20 tahun akan menerima total penghasilan per bulan sebesar 362,900 plus (362,900×4%) = 377,416 yen. Dan akan menerima gaji per tahun sebesar 362,900×12 ditambah (362,900×4%x12) dan bonus (363,900×4.65%x2) sehingga total pendapatan 4,562,741.7 yen atau sekitar Rp342.205.627.500. Dengan gaji sebesar itu guru di Jepang tidak diperbolehkan melakukan kerja sambilan
KURIKULUM
Menurut Hara Kiyoharu (2007:3), reformasi pendidikan di Jepang telah berlangsung tiga kali yaitu, reformasi pada masa restorasi Meiji, reformasi sesudah PD II, dan reformasi menuju abad 21. Reformasi pertama pada masa Meiji (1872-1890) membawa pendidikan di Jepang memasuki masa modern dengan diterapkannya sistem persekolahan yang terstruktur dan kesempatan luas bagi warganegara untuk mengakses pendidikan. Tetapi pendidikan pada masa ini masih terkotak-kotak antara pendidikan elitis dan pendidikan orang kebanyakan. Selanjutnya pada era Taishō (1912-1926) diperkenalkan pula pendidikan liberal yang dipengaruhi oleh paham liberalism yang berkembang di Amerika. Reformasi sesudah perang intinya adalah penerapan wajib belajar dan penerapan pendidikan demokratis. Dengan adanya pembaharuan ini, jumlah siswa yang dapat mengakses pendidikan dasar meningkat dan pendidikan telah berubah dari pendidikan elit menuju pendidikan massal.
Reformasi ketigadirancangoleh Chuuoukyouikusingikai dan Rinjikyouikusingikai, yaitu Tim Khusus yang ditunjuk oleh Perdana Menteri untuk membantu mencarikan pemecahan permasalahan pendidikan yang akan diusulkan kepada PM dan diterapkan oleh Menteri Pendidikan. Tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai “Rainbow Plan”.
  1. Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
  2. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
  3. Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya 
  4. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat.  Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat 
  5. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
  6. Pengembangan universitas bertaraf internasional
  7. Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
       Kurikulum tersebut hampir sama dengan Kurikulum 2013. Pada awal penerapannya mengalami berbagai penolakan dan  merupakan siksaan bagi guru karena ruwetnya proses penilaiannya, tapi perlu kita contoh semangat para guru jepang yang mampu menyesuaikan dan mengembangkan keprofesionalitas mereka, jangan kita bandingkan gaji mereka, tapi apakah gaji yang kita terima sekarang ini layak atau tidak dengan kemampuan kita menjalankan amanat pendidikan nasional kita. 


2)   Perbedaan Kurikulum Jepang dan Amerika

 “Mahasiswa Jepang menghabiskan 240 hari setahun di sekolah, 60 hari lebih dari rekan-   rekan mereka di Amerika” (Johnson & Johnson 1996) Struktur sekolah di Amerika dan Jepang berbeda dalam berbagai segi . hal pertama, dan yang paling penting, adalah bahwa sekolah-sekolah  di Jepang menggabungkan kurikulum nasional yang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional Jepang. tidak seperti sistem pendidikan di Amerika Serikat, di mana masing-masing negara bagian  menentukan kurikulum sendiri, pemerintah federal memutuskan  masing-masing sekolah apa yang harus diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan bahkan sampai buku sumber yang di pakai.
Ada banyak implikasi dari perbedaan  struktur pendidikan yang di anut oleh kedua negara tersebut. Di sekolah-sekolah Amerika,  setiap negara bagian  memilki  kurikulum sendiri-sendiri, yang berarti bahwa negara memiliki otonomi serta bertanggung jawab atas pembelajaran siswa.  setiap negara kemudian menerapkan kurikulum di sekolah-sekolah ,berdasarkan pada sumber daya yang tersedia untuk negara masing-masing dan apa yang terbaik bagi proses pendidikan di negara bagiannya. Namun, masalah utama yang muncul dalam sistem di AS adalah proses pendidikan menjadi  tidak merata , dan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kondisi keuangan di negara bagian masing masing.
Sementara itu di Sekolah jepang,  dilakukan nasionalisasi pendidikan, yaitu memastikan bahwa setiap siswa menerima pendidikan yang sama,yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan berdasarkan kurikulum diferensial. Di AS, meskipun pengujian standar seperti ACT dan SAT yang dinasionalisasi, kenyatan di lapangan ternyata tidak demikian.   Di Perguruan tinggi ,siswa dari sekolah dengan sumber daya yang berbeda, dan kurikulum yang berbeda pula, harus bersaing secara nasional saat melamar , akibatnya siswa dari latar belakang yang kurang beruntung (sosio-ekonomi dan pendidikan) menjadi korban dari inkonsistensi. Sementara di sekolah-sekolah Jepang mendidik siswa menjadi Pribadi/Siswa yang unggul, di AS  mereka harus menemukan cara mengatasi rintangan dari desentralisasi kurikulum, yang ditentukan negara. Padahal menurut salahsatu penelitian menunjukan , “ketika  guru AS menggunakan kurikulum yang paralel seperti Jepang, prestasi AS mirip dengan Jepang” (Westbury 24).
Perbedaan struktur kedua,  antara sekolah  di Jepang dan AS bisa dilihat dari pemanfaatan jumlah hari belajar.di Jepang menghabiskan, “240 hari setahun di sekolah, 60 hari lebih dari rekan-rekan mereka di Amerika” (Johnson 1996). Meskipun di sekolah sekolah jepang , kegiatan yang diarahkan pada kajian budaya dan kunjungan lapangan, siswa di Jepang masih menghabiskan jauh lebih banyak waktu di sekolah dibanding pelajar di AS.di tambah, beberapa sekolah tradisional Jepang  memiliki setengah hari   instruksi pada hari Sabtu.
Menurut beberapa perkiraan, dalam 13 tahun sekolah, siswa AS dalam menerima pembelajaran , tetap hampir kurang setahun  dari siswa di Jepang. Mahasiswa Jepang menerima waktu lebih aktual per hari dan lebih fokus, tidak hanya pada studi akademis, tetapi mereka juga  memiliki waktu yang jelas dalam hal praktik, pengulangan, dan luasnya pengetahuan. Akhirnya, meskipun AS menghabiskan sejumlah uang  relatif lebih besar daripada pendidikan di Jepang, banyak dana yang dialokasikan digunakan untuk hal-hal lain selain akademisi. Ini termasuk dana untuk transportasi, makanan, atletik dan kustodian serta uang untuk program-program. Bahkan, sebanyak 40% dari US kurikulum dikhususkan untuk mata pelajaran non akademis (Abbeduto 380).
Sebaliknya, sebagian besar siswa di Jepang berjalan atau naik sepeda motor pada saat ke sekolah ,dan hampir di semua sekolah tradisional Jepang ,membiasakan siswanya  membersihkan sekolah  di setiap akhir pembelajaran. Kegiatan ekstra kurikuler seperti olahraga di lakukan sepulang sekolah, dan hanya diperbolehkan untuk memilih satu klub saja, bahkan sebagian siswa menganggap kegiatan seperti ini menjadi  penghalang bagi peluang mereka melewati ujian masuk dan mungkin akan menghalang keberhasilan mereka (Johnson 1996).
2.2 Kurikulum di masa mendatang
Kurikulum masa yang akan datang disebut juga kurikulum masa depan, yaitu kurikulum yang merangkumi pendekatan yang berpusatkan pada murid dan membolehkan mereka memahami kekuatan dan masing-masing serta berupaya belajar sepanjang hayat. Pengalaman belajar direka untuk membantu murid menyepadukan pengetahuan baru dan dimurnikan bagi melahirkan celik akal melalui banding beza, membuat induksi, deduksi dan menganalisis. Pengalaman belajar memberikan murid peluang untuk menggunakan pengetahuan secara bermakna bagi membolehkan mereka membuat keputusan dan untuk membentuk pemikiran kritikal, kreatif, dan futuristic serta penyelesaian penyelesaian masalah seperti Kajian Masa Depan.
Tujuan akhir pendidikan adalah agar anak didik mendapatkan ilmu, keterampilan, kompetensi, dan nilai yang memungkinkan mereka hidup produktif baik bagi dirinya ataupun lingkungannya. Hal di atas dapat dicapai jika kurikulum pendidikan berorientasi kemasa depan, disusun dengan mempertimbangkan beberapa pendapat futurulog yang dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial dimasa datang. Semua itu dipengaruhi oleh visi masa depan penyusun kurikulum tersebut.  Bila visi serta bayangan masa depan salah satu akan berimplikasi juga terhadap aktifitas pendidikan yang mereka lakukan. Visi pendidikan akan masa depan dipengaruhi oleh pengetahuan mereka dimasa lalu dan bacaan mereka sekarang.
Pendekatan yang harus ada dalam pencapaian visi dan misi pelaksanaan kurikulum masa yang akan datang, yaitu:
  1. Kandungan akan dibekalkan melalui berbagai cara penyampaian dengan menggunakan berbagai strategi.
  2. Kurikulum akan dibina sebagai modul dan diakses melalui rangkaian jaringan.
  3. Bahan pengalaman dan sokongan akan diperolehi daripada pelbagai sumber dan disepadukan ke dalam struktur terus kurikulum.
 Dimensi Manfaat Pendidikan pada Masa yang akan Datang
Orang yang akan mendapat beberapa keuntungan atau manfaat pendidikan yang pertama dan yang paling nyata adalah siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga setiap karakteristik tersebut harus dapat dipahami agar mereka dapat mencapai manfaat dalam pendidikan. Sebagai tambahan pengaruh orang lain dalam masyarakat dapat mempengaruhi pendidikan siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung (keluarga dan teman-teman atau guru). Manfaat yang akan diperoleh siswa mudah sekali untuk dijelaskan, siswa yang belajar membaca disekolah lebih baik dari pada mereka yang tidak dapat membaca. Dalam ekonomi hal ini disebut “manfaat pribadi”. Para ekonom membedakan manfaat pribadi dengan manfaat sosial. Manfaat sosial adalah sesuatu yang dapat mengembangkan orang selain pendidikan. Masyarakat dikatakan lebih baik karena pendidikan mereka.
Karakteristik dan pembawaan umum tertentu dapat dianggap sebagai hasil dari sekolah, termasuk pemahaman tentang nilai demokrasi sebagai upaya untuk memerangi segala bentukkediktatoran dalam suatu pemerintahan dan kemampuan untuk berpikir kritis dan yang pantas. Keahlian tersebut mungkin menjadi pengaruh tidak langsung dari bidang studi kewarganegaraan, ilmu sosial, sejarah, filsafat, bahasa, dan pengajaran lain.
Perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman pendidikan. Secara metodologis hal ini berarti bahwa pengukuran pretest dan protest pada individu diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan yang disebabkan oleh pendidikan. Hal ini dikenal sebagai “pendekatan penambahan nilai”.
Terdapat lima cara yang berbeda untuk membuat fakulasi (penghitungan) dan mengaplikasikan metode yang spesifik pada pendidikan yang lebih tinggi, yaitu:
  1. Mengevaluasi perubahan individu,
Segala yang dihabiskan dalam pendidikan (tingkat biaya) adalah ukuran kelebihannya.
  1. Menyelidiki reaksi klien terhadap pendidikan universitas.
  2. Mempertimbangkan peningkatan dalam nilai kapita dari manusia yang merupakan hasil dari pendidikan yang lebih tinggi.
  3. Seberapa besar pendidikan yang lebih tinggi bertanggung jawab atau berperan dalam pertumbuhan. Kelima dalam memperkirakan nilai pendidikan universitas dengan melihat pada tingkat pengembalian investasi pada pendidikan universitas.
Manfaat pendidikan diperoleh selama pengalaman dari pendidikan itu sendiri, manfaat pendidikan dapat ditanyakan pada siswa setelah mereka melaksanakan pendidikan. Persamaannya seperti manfaat sosial dari mengikuti permainan sepak bola di SMA terjadi selama pengalaman pendidikan.
 Tantangan Pendidikan Masa Depan
Untuk masa depan, pendidikan harus dapat mengantisipasi dan mengelolah masa depan sekolah agar program sekolah dapat merespon terhadap kebutuhan anak didik, bukan hanya saja dalam praktek tetapi aplikasinya kepada pekerjaan, tapi yang penting adalah membuat mereka mengerti, menerima dan menghargai kenyataan yang ditemui. Hal tersebut tidak mudah karena selama ini sekolah telah terbiasa berperan sebagai alat untuk mempertahankan kebudayaan secara konservatif.
Sekolah memerlukan organisasi agar dapat mengelolah dasar dan kecepatan tingkat perubahan. Pengelolaan tidak lagi diatur oleh segelintir orang yang membuat keputusan apa yang terbaik untuk masyarakat. Tofler mengatakan bahwa dalam mendisain  sistim pendidikan hari esok harus melibatkan segala pihak termasuk keinginan anak didik tentang masa depan yang dihadapinya yang jauh lebih komplit. Bayangan masa depan juga dipengaruhi sikap mental ideologi. Tapi kebanyakan kita percaya harus melanjutkan rancangan program pendidikan yang menekankan individualisme, rationalisme, kekeluargaan, agama dan kebangsaan. Pada akhirnya kita harus sadar bahwa kurikulum masa depan adalah suatu pilihan alternatif bagi seluruh manusia.
Pembuat kurikulum harus menciptakan program agar seluruh pelajar dapat berfungsi optimal dalam masyarakat masa depan. Tugas berat ini memang berat dan mungkin sangat susah dicapai, namun demikian harus disadari bahwa kurikulum bertanggung jawab pada mewariskan kebudayaan.
Ø Peran Pengetahuan dan Keterampilan
Pembuat kurikulum disamping punya konsep masa depan yang berbeda-beda, juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam meramalkan masa depan. Ramalan adalah perkiraan yang akan terjadi jika suatu kejadian yang terus berlanjut atau bagaikan suatu jendela dimana seorang dapat melihat potensi yang mungkin terjadi dimasa depan. Ramalan harus dibedakan dengan prediksi yaitu pernyataan tentang kemungkinan tentang kejadian yang terjadi pada masa depan.
Ramalan dapat dianggap seperti pintu jendela untuk melihat rencana-rencana masa datang yang akan dibuat baik bulanan, ataupun tahunan.
Dari segi bentuk ramalan tersebut dapat dibagi dua cara, yaitu:
  1. Ramalan Eksplorasi, adalah ramalan yang diambil dari pengolahan data-data yang bertujuan menemukan kemungkinan kapabilitas, perubahan, kesempatan, dan  masalah yang mungkin atau kelihatannya muncul dimasa depan.
  2. Ramalan Normatif, adalah ramalan yang mendasarkan pada norma-norma yang mungkin sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam mencapai norma tersebut.
Dari cara pendekatan maka ramalan masa depan itu dapat pula dibagi:
Ramalan Simulasi
Ramalan simulasi ini memperkirakan masa depan dengan mengaktifkan model-model yang telah dikenal dari fisik, sosial, lingkungan hukum yang menentukan bagaimana semuannya mempengaruhi masa depan. Dalam hal ini pendidik harus menciptakan model-model sistim pendidikan yang akan datang dengan melihat variabel-variabel kunci kemudian memakai formula matematika yang beragam, disain program komputer yang menjadikan mereka untuk menuju hasil dari aksi yang berlangsung, atau identifikasi dan lalu evaluasi aksi alternatif yang mungkin hasil dari membuat pilihan khusus.
Ramalan Trend
Prosedur ini, pendidik memplot secara matematis batas dari kejadian (trend) yang ditemukan dan meluaskannya sampai ke masa depan. Contoh: Bila pendidik tertarik jumlah pengetahuan baru yang ditemukan pada subjek atau disiplin, dapat diplot dalam grafik atau perbandingan atas pont khusus dalam waktu-dekade, tahun atau bulan, dan merancang dalam peningkatkan order. Menyusun informasi dalam hal ini, pendidik dapat melihat bila variabel sebagai contoh, jumlah penemuan dalam biologi-meningkat atau menurun dengan berlalunya waktu. Garis lurus mungkin cocok dengan point dan lalu meluas diantara point yang paling akhir. Bila garis menunjukan peningkatan, lalu pendidik  dapat meramalkan mereka akan sepertinya memerlukan mengekspansikan cakupan kurikulum biologi, atau sekurangnya memikirkan cara integrasi isinya demi meyakinkan pelajar mengumpulkan informasi terbaru.
Ramalan Intuitif
Prosedur ini adalah sesuatu yang dapt dilakukan semua orang. Berkaitan dengan bayangan atau perasaan orang tentang masa depan. Persepsi ini dari apa yang akan mempengaruhi keputusan dan aksinya seperti halnya beberapa pandangan merek yang menjadi kenyataan. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan merasa bahwa dimasa depan akan dibutuhkan lebih banyak lagi sains dan kursus matematika dalam sorotan meningkatnya teknologi alam dari masyarakat kita. Dengan kata lain, intuisi mereka tentang peningkatan teknologi menjadi penting sebuah alat untuk meramal apa yang berguna bagi pendidikan masa depan.
Ramalan Delphi
Prosedur yang paling dikenal, berupa penyaringan beberapa pendapat ahli mengenai masa depan. Proses ini dilakukan berulang beberapa kali sampai dicapai konsesus pendapat tentang masa depan. Ada beberapa tahap proses Delphi seperti melakukan beberapa kuesiner berulang-ulang dan kemudian ditarik kesimpulan dan ramalan sehingga dapat dimasukan pada kurikulum yang dibuat.
Ramalan Skenario
Prosedur yang membuat ramalan dengan pembuatan skenario yang berbentuk inovasi proses, imajinasi dan khayalan yang masuk akal untuk direnungkan. Skenario kurikulum dapat berupa isi, teknik, konten dari kurikulum. Disamping itu dapat juga dibuat skenario keseluruhan proses belajar dan mengajar yang mungkin terjadi.
Ramalan Analisa Kekuatan
Ramalan ini didasarkan pada kekuatan dan sumber daya yang dipunyai pada masa sekarang dan diproyeksikan pada masa depan. Data yang akan terkumpul dipakai untuk meramal keberadaan masing-masing kekuatan dan impak terhadap kurikulum.
Era Kurikulum Masa Depan
Informatif
Informatif berarti kurikulum juga mempelajari cara-cara mempergunakan alat informasi komputer, karena dengan komputer anak didik dapat mengakses informasi-informasi yang mereka perlukan. Komputer juga dapat dipakai untuk mencari informasi ilmu dari bahasa asing karena kesanggupannya untuk menterjemahkan ke dalam bahasa yang dimiliki siswa. Karena itu supaya kurikulum itu informatif maka pelajaran dan penggunan komputer dimasa depan harus ditingkatkan.
Ø Masa Depan Sebagian Konten Kurikulum
Dalam konten kurikulum juga harus dimasukkan bagaimana siswa mulai belajar tentang prosedur perencanaan, beberapa type heuristik yang berhubungan dengan informasi, prosedur mengendalikan stres akibat cepatnya perubahan. Jadi mereka diajak bukannya hanya berpikir kritis tentang masa depan, tapi juga bagaimana cara membatasi antara pikiran yang logis dan tidak logis.
  1. Design Kurikulum
    1. Subject Centered Design
Design ini adalah design tradisional yang mungkin akan hilang dimasa datang. Design ini didasarkan pada kemampuan intelektual yang harus dikuasai. Sebagai contoh dapat dilihat subjek-subjek yang harus dikuasai seperti:
  1. Pada level Sekolah Dasar (SD), subjek disainnya adalah materi dari pelajaran bahasa dan kemampuan komunikasi, ilmu sosial, matematika, sains, dan seni.
  2. Pada level Sekolah Menengah Pertama (SMP), subjek akdemik tradisional terdiri dari pelajaran bahasa Inggris, matematika, sains, ilmu sosial, dan bahasa asing.
  3. Child Centered Design
Berbeda dari desain tradisional, maka kurikulum diarahkan pada minat dan interest anak didik. Tambah lama subjeknya berkurang bahwa sekarang cenderung ke arah dasar dan persiapan masyarakat teknologi.
1.    Pendapat Para Ahli tentang Masa Datang dan Aliran Masa Datang (Future and Futurism)
Para ahli memikirkan bahwa era teknologi ke era informasi sekitar tahun 1950 an, namun menurut Jhon Nasbitt bahwa masyarakat masih terjebak dalam dua era, dimana masa industri menjadi pemimpin dalam era informasi. Jebakan ini akan mengganggu banyak orang karena beberapa informasi yang diterima dalam masa paska industri telah mengaburkan bayangan orang akan masa datang. Orang harus membiasakan diri dengan paradigma baru untuk mengatur pekerjaan dan pergaulan sosial mereka. Banyak yang tidak mengerti mengenai aturan yang telah berlaku, sehingga mereka merasa telah kehilangan rasa aman bekerja pada masa lalu dan merasa harus memulai kembali.
Ketidaknyamanan perubahan pada masa transisi timbulnya begitu mendadak. Di Eropa pergantian era agraris menjadi industri memakan waktu beberapa abad. Pergantian dari suatu industri ke masyarakat informasi hanya dalam dua sampai tiga dekade. Pergantian yang begitu cepat ini tidak memberi kita waktu untuk merefleksikan secara alami perubahan yang terjadi, bagaikan sempitnya ruang untuk bernafas. Malah Alvin Tofler menyebutnya sebagai future shock berupa disorientasi individu akibat pengalaman masa lalunya yang tidak efektif untuk memahami ataupun mengambil keputusan pada hari ini atau besok.
Pandangan kita tentang waktu pun juga punya perbedaan. Dalam era pertanian kita berorientasi pada masa lalu, era industrialisasi kita melihat kemasa sekarang, sedangkan pada era informasi kita berorientasi pada masa depan. Perubahan orientasi waktu ini juga mempengaruhi penyusunan kurikulum pendidikan yang berorientasi dengan masa depan. Walaupun pendidik mungkin tidak mempunyai alat yang perfek untuk berhadapan dengan semua aspek masa datang, sesungguhnya mereka memiliki pandangan serta kreasi masa datang. Alat tersebut merupakan bagian dari bidang futuristik, kadang disebut aliran future atau kajian future. Apapun namanya, meliputi pengetahuan ramalan dan seni dari imajinasi keduanya. Disiplin ini memandang kejadian sosial dan teknologi tidak terpisah tapi saling terkait dalam suatu sistem ataupun proses yang menyeluruh. Suatu peristiwa akan mempengaruhi peristiwa lainnya dan akhirnya berefek pada kejadian berikutnya. Dengan mengetahui interaksi demikian maka kita sering dapat membayangkan apa yang akan terjadi dimasa datang. Futurism adalah suatu usaha sistematis dalam menggabungkan anatara ramalan kreatif dengan rencana  dan kegiatan yang akan dilakukan. Sehubungan dengan bidang fururism ini maka kurikulum seyogyanya disusun dengan berorientasi masa depan dan menentukan program pendidikan jenis apa yang mempunyai kemungkinan tertinggi dapat memahami kondisi demikian.
Dengan melihat masa depan, para pendidik seharusnya proaktif dan menghindari cara-cara reaktif. Dimasa lalu, para pendidik selalu memakai cara reaktif terhadap kejadian-kejadian yang berdampak pada program sekolah. Dan malah hal tersebut masih berlangsung karena kurikulum baru dirubah sebagai respon dari gejala yang ada pada masyarakat.
Bahan Ajar di Masa yang akan Datang
Bahan ajar di masa depan ada yang bisa diprediksi dan sebagian lagi tidak bisa diprediksi. Keadaan yang bisa diprediksi misalnya, pelajaran hybrid akan mengarah kepada biostatik dan biologi molekuler, pelajaran diet dan olah raga akan mengarah kepada kesehatan tubuh dan lainnya. Keadaan yang tidak bisa diprediksi antara lain perubahan sosiobudaya yang terjadi pada masyarakat karena masyarakat yang cenderung pluralistik sehingga kurikulum masa depan mungkin lebih banyak berkaitan dengan realisme, ethnicisme, dan sexism. Sejalan dengan masyarakat yang menjadi bermacam ragam budaya dan etnik, maka harus lebih banyak lagi pelajaran tentang pendidikan global dan internasional. Pada kurikulum baru mungkin saja akan ditemui materi-materi baru seperti pelajaran metacognition, transductive thinking, managemen, dan lainnya. Pelajaran baru terfokus mungkin berurusan dengan kelaparan, penyakit, banjir atau akibat konsekuensi sosial ekonominya. Pelajaran baru berjudul ”perbatasan” mungkin memasukkan geografi dari laut, sampai universal, juga sosiologi kejahatan atau asalnya terjadi konflik dan lebih banyak lagi kedalam kurikulum. Sejalan dengan pelajaran formal yang asli, kekomplekkan dan tantangan dari perubahan serta bagaimana menyampaikannya tidak pernah akan berakhir.
Ketidak Stabilan Pendidikan Mempengaruhi Kurikulum
Perubahan sikap ini terjadi karena terjadinya pluralisme pada masyarakat sehingga sekolah dan masyarakat sebagai tempat peleburan (melting pot) dalam bentuk cara-cara baru. Berdasarkan pandangan ini, sekolah memegang peranan integral dalam mengurangi perbedaan budaya dan etnik diantara orang-orang dalam membawakan budaya umum seperti di Amerika. Kurikulum harus dirancang dengan program mendevaluasikan keunikan masing-masing individu dalam model yang dapat diterima untuk semua, namun tetap disesuaikan dengan perkembangan talenta anak didik. Malah harus dipikirkan bagaimana memodifikasi sekolah agar cocok dengan anak didik dari pada menuntut anak didik yang harus berubah mencocokan dengan sekolah.
Ø Keputusan dalam Penentuan Kurikulum Masa yang akan Datang
Dunia kita ini sangat kompleks, karena itu sangat sulit memprediksi interpretasi kita pada sesuatu kejadian secara tepat atau melakukan antisipasinya sesuai dengan target. Karena itu Kenneth Boulding mengatakan, bahwa kita akan menemui serba ketidakpastian pada setiap keputusan yang diambil. Demikian juga pada keputusan-keputusan dalam bidang pendidikan. Berbeda jika situasi tersebut pasti, maka keputusan dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal karena dapat memfokuskan pada sumber daya dan waktu yang ada. Demikian maka keputusan dibuat terbuka dengan memberikan beberapa opsi sambil menyusun dan mereview perencanaan yang telah dibuat, karena kalau terjadi kegagalan akan memberikan resiko terbuka biaya yang tinggi. Seperti halnya dalam pendidikan jika suatu kurikulum dibuat dengan keputusan yang salah dan tidak memenuhi kebutuhan anak didik, maka akan menimbulkan masalah sosial baru, misalnya sebagai pengangguran baru.

        
     2.3 Seharusnya kurikulum
                  Pendapat penulis mengenai kurikulum di indonesia saat ini seharusnya terlebih dahulu diadakan sosialisasi kepada seluruh pendidik secara merata Sosialisasi kurikulum 2013 sangat penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada pendidik di daerah. “Seharusnya sosialisasi kurikulum 2013 disosialisasikan ke daerah supaya para guru dan pendidik di daerah bisa memahami dan mengerti,” tutur saat menjadi pembicara di Seminar Nasional Kurikulum 2013 di Hotel Sandaan Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran .
      Selain itu, dalam pembuatan kurikulum 2013 pun seharusnya meminta masukan dari berbagai kalangan ahli, pengajar dan masyarakat supauya tidak terjadi kontroversi dan kurikulum tidak membingungkan pengajar. “Seharusnya Pak Menteri (Muhammad Nuh) meminta masukan dari kalangan ahli, pengajar dan masyarakat untuk dijadikan input sehingga ketika kurikulum terbentuk, bisa dipahami dan tidak membingungkan,” ungkap Fahrus yang juga caleg DPR dari Partai Nasdem ini.
      Banyak keluhan-keluhan mengemuka dalam rancangan kurikulum 2013, diantaranya rencana penambahan jam pelajaran.  Di kurikulum 2013, jumlah jam belajar bertambah dari 26 jam menjadi 30 jam per minggu untuk siswa SD. Berikutnya, untuk siswa SMP dari 32 jam menjadi 38 jam.
      “Seharusnya pemerintah menghitung dan mempertimbangkan dampak dari penambahan jam pelajaran terhadap aktivitas sosial siswa di luar sekolah, seperti mengikuti madrasah atau pun kursus-kursus di luar materi pelajaran sekolah,” ungkapnya.
       Drs Enggartiasto Lukita, ketua Umum IKA UPI mengatakan kurikulum 2013 belum siap diterapakan di dunia pendidikan Indonesia, karena akan menimbulkan kesenjangan. Pemerintah seharusnya menangguhkan menerapkan kurikulum 2013. “Kurikulum 2013 belum siap diterapkan di dunia pendidikan Indonesia dan seharusnya pemerintah menangguhkan penerapan kurikulum 2013,” pintanya.
      Menurutnya pemerintah belum siap dan jangan memaksakan menerapkan kurikulum 2013 ketika pemerintah belum siap karena yang dipertaruhkan masa depan bangsa.
“Pemerintah belum siap untuk menerapkan kurikulum 2013 jangan dipaksakan kalau belum siap karena yang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa,” ujarnya.
Kepala SMA Muhammadiyah U Kosasih mengatakan kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 menyebabkan para pendidik dan pengajar tidak memahami dan mengerti isi dan tujuan kurikulum yang akan diterapkan.

BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Simpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
Kurikulum adalah aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah.
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan) dengan kurikulum yang fungsional (functioning curriculum). Suatu kurikulum, apakah itu kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah atau perguruan tinggi, kurikulum sekolah umum, kejuruan, dan lain-lain merupakan perwujudan  atau penerapan teori-teori kurikulum. Bidang cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi (1) konsep kurikulum, (2) penentuan kurikulum, (3) pengembangan kurikulum, (4) desain kurikulum, (5)  implementasi dan (6) evaluasi kurikulum.
         Secara harfiah kuriulum berasal dari bahasa latin “curriculum” yang berarti “a little race course” yaitu jarak yang harus ditempuh dalam pertandngan olah raga yang kemudian dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi “circle of intruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat didalamnya. Adapun pengertian kurikulum menurut istilah kurikulum adalah sekumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru dan dipelajari oleh siswa.
           Kurikulum merupakan alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan potensi mereka yang beragam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk mejalankan hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab terhadap diri dan keluarga, masyarakat dan bangsa, serta turut secara aktif untuk kemajuan masyarakat dan bangsanya
           Tinjauan historis kurikulum pendidikan Islam dibagi menjadi tiga fase, yaitu klasik, pertengahan dan moderen. Karakteristik kurikulum pendidikan Islam yaitu menonjokan tujuan agama dan akhlak, meluaskan cakupannya, adanya keseimbangan diantara berbagai ilmu yang disajikan, bersikap menyeluruh dan disesuaikan dengan minat serta bakat peserta didik.
           Ada empat landasan kurikulum yaitu landasan agama, falsafah, psikologis dan sosial.
          Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam ialah relevansi, efektifitas, efisiensi,
          berkesinambungan dan fleksibilitas.
          Komponen yang harus ada dalam kurikulum yaitu tujuan kurikulum, isi kurikulum
          dan organisasi serta strategi kurikulum.

3.2 Saran :
Kita sebagai calon pendidik harus mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum, karena kurikulum mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan berhasil jika kurikulum yang disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik guna mencapai Tujuan Nasional.




DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
      Hernawan, Asep Herry, dkk. 2010. Pengembangan Kurikulum dan  Pengembangan.    Jakarta : Universitas Terbuka.

     Depdiknas. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : BP. Dharma Bakti.

Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Subandijah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT Raja Grafindo.
      








Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN ANTARA AKU KAU DAN DIA

Cerpen SAHABAT YANG TERLUPAKAN

MENTAKAR RELEVANSI PERDA NO. 02 TAHUN 2022