Konsep Hakikat Dan Prinsip Kurikulum
Konsep Hakikat Dan Prinsip Kurikulum
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
“Telaah Kurikulum Dan Pengembangan Bahan Ajar”
yang dibina oleh Bapak Roni Alim B, K, M.Pd,
Oleh Kelompok 1 :
Fransiskus Kalmon 140401050170 2014 E
Fathul Bari 140401050169 2014 E
Diana Advensia 140401050166 2014 E
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN
GEOGRAFI
Oktober 2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum yang berjudul “Konsep, Hakikat dan Prinsip Prinsip
Kurikulum” ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis sadar bahwa makalah ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dosen pengampu,
rekan-rekan, dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun
spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.
Makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kiranya kritik dan saran sangat penulis nanti dari para pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
............................................................................... iii
1.1 Latar Belakang
........................................................................................... iv
1.2 Rumusan Masalah
.......................................................................................
iv
1.3 Tujuan
.......................................................................................................
iv
1.4 Manfaat
......................................................................................................
iv
1.3 Definisi Oprasional
.....................................................................................
iv
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
2.1 Kurikulum saat ini........................................................................................
1
2.2 Kurikulum
di masa mendatang.....................................................................
12
2.3 Seharusnya
kurikulum bagaimana................................................................
21
BAB III PENUTUP
...........................................................................................
3.1 Simpulan
.......................................................................................................
22
31. Saran
..............................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan suatu
kegiatan pasti akan memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang
ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan
adanya program yang terencana dan dapat mengantarkan proses pembelajaran atau
pendidikan sampai pada tujuan yang diharapkan. Proses, pelaksanaan, sampai
penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Dalam dunia
pendidikan, kurikulum mempunyai peranan yang penting karena merupakan
operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan tercapai
tanpa melibatkan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok dalam pendidikan. Kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai
komponen-komponen tertentu. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen
perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat
dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk
nyata.
Kurikulum sebagai
rancangan pendidikan memunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh
aspek kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik atau
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak dijalankan
sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang dibuat tidak dapat mencapai
kesempurnaan jika dalam penyusunannya, penyusun kurikulum tidak memahami secara
utuh hakikat dan fungsi kurikulum.
Mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia,
maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep
dasar dari kurikulum. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus
mengetahui hakikat kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat
kurikulum tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Makalah ini memunyai rumusan masalah
yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana kurikulum saat ini?
2. Bagaimana kurikulum di masa mendatang?
3. Seharusnya kurikulum itu seperti apa?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk memahami kurikulum saat ini!
2. Untuk mengetahui kurikulum dimasa
mendatang!
3. Pendapat penulis tentang
kurikulum!
1.4
Manfaat
Manfaat kurikulum ada tiga, yaitu
Kurikulum Bagi Guru, Kurikulum Bagi Sekolah, dan Kurikulum Bagi masyarakat. Kurikulum Bagi
Guru bermanfaat bagi guru itu sendiri sebagai pedoman dalam merancang,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran, agar menunjang situasi belajar ke arah
yang lebih baik. Kurikulum Bagi Sekolah, dalam sekolah kurikulum dijadikan
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, mendorong otonomi sekolah
dalam menyelenggarakan pendidikan, serta mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan. Dan Kurukulum Bagi Masyarakat, merupakan acuan dalam
membimbing putra-putrinya disekolah, serta dalam rangka memperlancar program
pendidikan, dan memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
program pendidikan di sekolah.
1.5 Definisi Oprasional
a. Kurikulum merupakan Kurikulum
dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan
insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warganegar yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban
dunia.
b. Implementasi kurikulum
meliputi persiapan pembelajaran yang mencakup pembuatan RPP oleh guru,
penggunaan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru
dan evaluasi atau penilaian menggunakan penilaian otentik yang dilakukan oleh
guru.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian teknik dan alat
pengumpulan data harus relevan agar di peroleh data yang yang obyektif. Dalam
penelitian ini, beberapa teknik yang digunakan adalah
1.
Wawancara
yaitu memberikan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian
satu
persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua
variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
2.
Studi Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data
melalui sumber-sumber tertulis misalnya dokumen-dokumen resmi, makalah-makalah
penelitian dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Studi dokumen
resmi yang dilakukan peneliti adalah menumpulkan data melalui pencatatan atau
data-data tertulis mengenai keadaan di sekolah yang menjadi tempat penelitian.
4.
Observasi
dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan cara ini mengadakan
pengamatan langsung ke lokasi penelitian guna melihat langsung mmengenai
situasi dan keadaan sebenarnya yang ada di sekolah-sekolah yang menjadi tempat
penelitian, yang menjadi objek observasi yaitu mengenai pelaksaanaan RPP dan
Proses Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas serta penilaian
wakil kepala sekolah bagian kurikulum.
5.Tekhnik
Analisis Data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif
yaitu dengan wawancara mendalam sehingga bertemu dengan jawaban yang
sesungguhnya dari responden. Hasil wawancara digunakan dalam mengelola data.
Setelah data terkumpul kemudian menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematis kemudian penulis menganalisis dan mendeskripsikannya sehingga lebih
mudah dipahami dan disimpulkan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum
saat ini
Berbicara
perkembangan kurikulum di indonesia yang saat ini akan berakhir pada kurikulum
K13, banyak pendapat dari kalangan para guru, dosen, mahasiswa bahkan
masyarakat luas pun mencoba berikan pendapat, ada yang mengatakan bahwa
kurikulum 1994 lebih baik dari pada K13, dan ada juga yang mengatakan kok
kurikulum ini ganti ganti mulu ya?, maka dari itu dengan adanya makalah
Perkembangan Kurikulum di Indonesia ini mudah mudahan rasa ingin tahu tentang
perkembangan kurikulum sahabat sahabat semua bisa terpenuhi.
Perkembangan
kurikulum di indonesia dari periode sebelum tahun 1945 sampai yang sekarang ini
yaitu Kurikulum 2013 atau yang sering disebut K13. Selama proses pergantian
Kurikulum tidak ada tujuan lain hanya untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Alangkah baiknya
sahabat sahabat untuk lebih jelasnya membaca makalah Perkembangan kurikulum di
indonesia yang ada di bawah ini.
Kurikulum 2013 hanya akan diterapkan pada sekolah
percontohan sesuai dengan kebijakan awal yang dicanangkan pemerintah. Saat ini,
penerapan Kurikulum 2013 ke seluruh sekolah di Indonesia mengalami hambatan
akibat ketidaksiapan guru dan siswa.
Anggota Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Hamid Hasan mengatakan Kurikulum 2013 hanya akan dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang ditunjuk pemerintah pada awal penerapan kurikulum.
Anggota Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Hamid Hasan mengatakan Kurikulum 2013 hanya akan dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang ditunjuk pemerintah pada awal penerapan kurikulum.
"Kurikulum
2013 tetap dilanjutkan ke sekolah yang siap yang kita namakan sebagai Sekolah
Inti," kata Hamid ditemui usai rapat Tim Evaluasi Kurikulum 2013 dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Gedung Kemendikbud.
Konsep sekolah ini, katanya, hampir sama dengan sekolah percontohan yang ditunjuk pada awal penerapan Kurikulum 2013.Sementara itu, Ketua Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Suyanto mengatakan saat ini tim kementerian mencoba membuat purwarupa sekolah-sekolah pelaksana Kurikulum 2013.
Konsep sekolah ini, katanya, hampir sama dengan sekolah percontohan yang ditunjuk pada awal penerapan Kurikulum 2013.Sementara itu, Ketua Tim Evaluasi Kurikulum 2013 Suyanto mengatakan saat ini tim kementerian mencoba membuat purwarupa sekolah-sekolah pelaksana Kurikulum 2013.
Idenya,
katanya, bukan mengirimkan konsep sekolah tersebut tetapi aplikasi kurikulum ke
sekolah lain yang akan menerapkan Kurikulum 2013. Suyanto juga
menyampaikan dalam pembentukan sekolah percontohan untuk aplikasi Kurikulum
2013 yang paling berperan adalah guru dan kepala sekolah.
"Oleh
karena itu, guru dan kepala sekolah harus dilatih dengan benar dan memiliki
kompetensi menerapkan Kurikulum 2013," ujar dia. Suyanto mengatakan saat
ini jumlah sekolah yang termasuk ke dalam Sekolah Inti Kurikulum 2013 mencapai
6326 unit. Namun, dalam pelaksanaannya, jumlah tersebut bisa berubah tergantung
kesiapan masing-masing sekolah.
"Paling
tidak yang 6326 unit itu bisa menjadi contoh. Kalau ada sekolah baru yang mau
melaksanakan akan kita periksa kriterianya," ujar dia. Ditanyai mengenai
kriteria sekolah yang dinilai siap menerapkan Kurikulum 2013, Suyanto
mengatakan tim evaluasi belum memiliki kriterianya. Namun, dia menjelaskan
akreditasi dan kategori sebagai sekolah mandiri bisa menjadi salah satu
indikator menilai kriteria kesiapan. Sementara itu, katanya, untuk sekolah lain
di luar Sekolah Inti yang ingin menerapkan Kurikulum 2013 bisa mengajukan
permohonan ke pihak Kementerian.
Berikut ini sejarah perubahan kurikulum pendidikan di
Indonesia sejak masa awal kemerdekaan:
a. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana
Pelajaran 1947
Kurikulum pertama lahir pada masa
kemerdekaan ini memakai istilah bahasa Belanda Leerplan artinya rencana
pelajaran. Istilah ini lebih populer dibanding istilah curriculum
(bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru
dilaksanakan pada 1950.
Karena masih dalam suasana
perjuangan, pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan
hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
b. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran
Terurai 1952
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Paling menonjol sekaligus ciri dari Kurikulum 1952 ini,
yaitu setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata
pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
c. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan
1964
Pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana Pendidikan 1964. Ciri-ciri
kurikulum ini, pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional
atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
d. Kurikulum 1968
Lahir pada masa Orde Baru, kurikulum
ini bersifat politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran
bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.
e. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pendidikan
lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD
Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh
konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan.
f. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan
proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap
penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975
disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum
1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya
memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984.
Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak
kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat,
dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat.
h. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi)
Sebagai pengganti Kurikulum 1994
adalah Kurikulum 2004 disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu
pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai
berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan
belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
i. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini pada dasarnya sama
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.
Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan
penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua
mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
j. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti
kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada
di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan
adalah materi Matematika.
k. Kurikulum 2015
Kurikulum tahun 2015 ini ternyata
masih dalam tahap penyempurnaan dari kurikulum 2013. Namun Ujian Nasional yang
digelar pada tahun 2015 ternyata menggunakan Kurikulum 2006 yaitu KTSP. Karena,
untuk saat ini, siswa yang sekolahnya sudah menggunakan Kurikulum 2013 baru
melaksanakan tiga semester.
1) Morat-Maritnya Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Berbagai permasalahan muncul ketika sebuah kurikulum baru
diaplikasikan dalam dunia kependidikan kita. Salah satunya adalah dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013. Sebuah konsep pendidikan yang sangat bagus namun
tidak banyak didukung oleh faktor-faktor yang mampu menopang dan memuluskan
pelaksanaan kurikulum tersebut. Pelaksanaan kurikulum yang terlalu cepat,
suplai buku yang terlambat dan kurang merata, metode pengajaran yang baru dan
dianggap membingungkan bagi sebagian guru dan siswa, dan beberapa permasalahan
lainnya. Berbagai kendala ini akhirnya menuai polemik di masyarakat, khususnya
yang berkaitan dengan dunia kependidikan. Hingga akhirnya mencuat sebuah wacana
baru saat adanya pergantian pemerintah dan kabinet, yaitu kemungkinan
dihentikannya pelaksanaan Kurikulum 2013.
Namun, apakah Kurikulum 2013 kini telah dihentikan
pelaksanaannya? Hal itu pernah dijawab oleh Mendikbud Anies Baswedan di kantor
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Jumat (5/12/2014)
lalu. Dalam pernyataannya, beliau mengatakan, “Dengan memperhatikan rekomendasi
tim evaluasi implementasi kurikulum, maka Kurikulum 2013 dihentikan.” Namun,
dikarenakan ada 6.221 sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama tiga
semester lebih maka sekolah-sekolah inilah yang kemudian dijadikan sebagai
sekolah percontohan serta sarana untuk mengembangkan dan menyempurnakan
Kurikulum 2013.
Mendikbud mengatakan, “Proses penyempurnaan Kurikulum 2013
tidak berhenti, akan diperbaiki dan dikembangkan, serta dilaksanakan di sekolah-sekolah
percontohan yang selama ini telah menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga
semester terakhir.”
Keputusan tersebut diambil oleh Kemendikbud dikarenakan adanya fakta bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Beberapa masalah yang menjadi kendala, antara lain kesiapan buku penunjang, sistem penilaian yang masih belum dipahami oleh semua guru, serta masih kurangnya penataran guru, pendampingan guru, dan pelatihan kepala sekolah.
Keputusan tersebut diambil oleh Kemendikbud dikarenakan adanya fakta bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Beberapa masalah yang menjadi kendala, antara lain kesiapan buku penunjang, sistem penilaian yang masih belum dipahami oleh semua guru, serta masih kurangnya penataran guru, pendampingan guru, dan pelatihan kepala sekolah.
Setelah Kemendikbud mengeluarkan pernyataan tersebut,
implementasi Kurikulum 2013 rencananya tetap dilakukan secara terbatas untuk
sekolah-sekolah yang pada Tahun Pelajaran 2013/2014 telah melaksanakan
kurikulum tersebut. Hanya sekolah-sekolah tersebut yang wajib menjalankan
Kurikulum 2013 sebagai tempat untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum
tersebut. Apakah semua sekolah sudah melaksanakan keputusan tersebut?
Dalam pelaksanaannya, hal tersebut sepertinya tidak berjalan
mulus. Masih ada beberapa daerah yang tetap bersikeras untuk melaksanakan
kurikulum 2013, belum bersedia beralih kembali ke KTSP. Misalnya saja di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Suba’iah, salah seorang guru SD di Yogyakarta dan penulis
buku penunjang pelajaran di Jogja Bangkit Publisher, sempat menyampaikannya ke
Redaksi Penerbit PT Galang Media Utama melalui sebuah pesan singkat.
Dalam pesan tersebut, ia menyampaikan bahwa seluruh kepala
sekolah dasar se-Daerah Istimewa Yogyakarta pada hari Jumat (23 Januari 2015)
telah dipanggil ke kantor Dinas Pendidikan DIY terkait pelaksanaan KTSP
(Kurikulum 2006) untuk SD yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 selama tiga
semester. Dalam pertemuan tersebut, disampaikan bahwa KTSP harus sudah
diberlakukan oleh semua sekolah dasar yang tidak dijadikan sebagai sekolah
percontohan, mulai hari Senin (26 Januari 2015). Namun demikian, hal ini tidak
serta merta segera dilaksanakan oleh sekolah-sekolah tersebut. Tenggat waktu
maksimal pelaksanaan yang diberikan adalah sampai akhir bulan Januari 2015.
Dengan demikian, mulai Februari 2015 diharapkan semua sekolah yang tidak
dijadikan sebagai sekolah percontohan pelaksanaan Kurikulum 2013 sudah kembali
menggunakan KTSP (Kurikulum 2006). Berbagai perencanaan mulai dibuat oleh
sekolah terkait transisi kurikulum ini. Menurut beberapa guru dan kepala
sekolah di daerah Sleman, DIY, perpindahan kurikulum ini lebih mudah
dilaksanakan daripada perpindahan kurikulum sebelumnya (Kurikulum 2006 ke
Kurikulum 2013) karena mereka sudah lama dan terbiasa menjalankan kurikulum
2006. Beberapa sekolah mengambil langkah akan menarik kembali buku-buku yang
digunakan pada pelaksanaan Kurikulum 2013, dan selanjutnya akan dijadikan
sebagai bacaan di perpustakaan sekolah. Selain itu, para guru dan kepala
sekolah tinggal menyiapkan hal-hal teknis terkait pelaksanaan pembelajaran
sesuai KTSP, misalnya penyesuaian bahan ajar, jadwal pelajaran, dan sebagainya.
(dikutip dari berbagai sumber)
(dikutip dari berbagai sumber)
Menengok Kurikulum Pendidikan di Jepang
PERIODE
PENDIDIKAN
Tahun ajaran baru di
sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan Maret
tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan Tinggi.
Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester, sekolah-sekolah di
Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu CAWU I dari April
– Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan Januari hingga
Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September, yaitu selama 40
hari (liburan musim panas). Sejak
bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat),
yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja.
Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2
dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun
sebanyak 220 hari. Angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan negara
anggota OECD lainnya.
SISTEM PENILAIAN
Pada
pendidikan wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan negara Indonesia
dimana siswa harus melewati jenjang secara bertahap, murid tidak diperbolehkan
mengambil jenjang keatas sebelum tuntas pelajaran, murid bisa tinggal kelas
apabila tidak memenuhi nilai-nilai yang layak atau dianggap belum mampu
menguasai ilmu-ilmu yang diberikan guru kelas.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. Penilaian proses belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.
KUALIFIKASI
GURU
Guru-guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang dididik dan dilatih oleh
lembaga-lembaga pendidikan tinggi, seperti univeristas (daigaku) dan junior
college (junior daigaku) yang dipilih oleh kementerian Pendidikan. Untuk
menjadi pengajar sekolah dasar atau sekolah menengah negeri seorang calon harus
mengikuti sistem rekrutmen. Pengangkatan dilakukan oleh dewan pendidikan
distrik. Pengangkatan dilakukan atas dasar rekomendasi superinden distrik
berdasarkan hasil ujian rekrutmen.
Sertifikat mengajar untuk sekolah dasar hanya membolehkan guru mengajar pada sekolah dasar untuk seluruh mata pelajaran. Demikian juga guru yang yang memperroleh sertifikat mengajar untuk sekolah menengah hanya boleh mengajar di sekolah menengah dan membolehkan mereka mengajar hanya pada satu mata pelajaran saja.
Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi.
Sertifikat mengajar untuk sekolah dasar hanya membolehkan guru mengajar pada sekolah dasar untuk seluruh mata pelajaran. Demikian juga guru yang yang memperroleh sertifikat mengajar untuk sekolah menengah hanya boleh mengajar di sekolah menengah dan membolehkan mereka mengajar hanya pada satu mata pelajaran saja.
Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi.
Untuk mendapatkan tugas tambahan seperti kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah harus mengikuti serangkaian ujian dan menyelesaikan ”inservece
training” khusus. Guru-guru di Jepang memiliki tingkat profesional yang lebih baik
di bandingkan dengan Amerika Serikat. Guru-guru di Jepang dapat diberikan
sanksi oleh sesama rekan profesi jika tidak menjalankan profesinya dengan baik Sejalan
dengan kualitas dan profesionalitas yang tinggi. Gaji guru di Jepang sangat
memadai, sehingga guru-guru di Jepang sangat dihormati dan mendapat tempat.
Guru-guru di Jepang mendapatkan gaji 1,77 kali gaji pegawai perusahaan dan
merupakan gaji tertinggi di negara asia. Data yang dikutip dari buku Education
at a Glance-nya OECD (Japan) menyebutkan bahwa seorang guru yang baru mengajar
akan memperoleh 156,500 yen per bulan atau sekitar 12 juta rupiah. Guru yang
telah bekerja selama 20 tahun akan memperoleh gaji sebesar 362,900 yen atau
setara dengan Rp 27,324,555 rupiah per bulan. Selain mendapatkan gaji bulanan
guru juga memperoleh pendapatan tambahan (adjusment allowance) sebesar 4% gaji
bulanan. Bonus juga akan didapatkan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan
Desember sebesar 4.65% gaji bulanan. Sehingga guru yang bekerja selama 20 tahun
akan menerima total penghasilan per bulan sebesar 362,900 plus (362,900×4%) =
377,416 yen. Dan akan menerima gaji per tahun sebesar 362,900×12 ditambah
(362,900×4%x12) dan bonus (363,900×4.65%x2) sehingga total pendapatan
4,562,741.7 yen atau sekitar Rp342.205.627.500. Dengan gaji sebesar itu guru di
Jepang tidak diperbolehkan melakukan kerja sambilan
KURIKULUM
Menurut
Hara Kiyoharu (2007:3), reformasi pendidikan di Jepang telah berlangsung tiga
kali yaitu, reformasi pada masa restorasi Meiji, reformasi sesudah PD II, dan
reformasi menuju abad 21. Reformasi pertama pada masa Meiji (1872-1890) membawa
pendidikan di Jepang memasuki masa modern dengan diterapkannya sistem
persekolahan yang terstruktur dan kesempatan luas bagi warganegara untuk
mengakses pendidikan. Tetapi pendidikan pada masa ini masih terkotak-kotak
antara pendidikan elitis dan pendidikan orang kebanyakan. Selanjutnya pada era
Taishō (1912-1926) diperkenalkan pula pendidikan liberal yang dipengaruhi oleh
paham liberalism yang berkembang di Amerika. Reformasi sesudah perang intinya
adalah penerapan wajib belajar dan penerapan pendidikan demokratis. Dengan
adanya pembaharuan ini, jumlah siswa yang dapat mengakses pendidikan dasar
meningkat dan pendidikan telah berubah dari pendidikan elit menuju pendidikan
massal.
Reformasi
ketigadirancangoleh Chuuoukyouikusingikai dan Rinjikyouikusingikai,
yaitu Tim Khusus yang ditunjuk oleh Perdana Menteri untuk membantu mencarikan
pemecahan permasalahan pendidikan yang akan diusulkan kepada PM dan diterapkan
oleh Menteri Pendidikan. Tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan
rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai “Rainbow Plan”.
- Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
- Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
- Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya
- Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat
- Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
- Pengembangan universitas bertaraf internasional
- Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Kurikulum tersebut
hampir sama dengan Kurikulum 2013. Pada awal penerapannya mengalami berbagai
penolakan dan merupakan siksaan bagi guru karena ruwetnya proses
penilaiannya, tapi perlu kita contoh semangat para guru jepang yang mampu
menyesuaikan dan mengembangkan keprofesionalitas mereka, jangan kita bandingkan
gaji mereka, tapi apakah gaji yang kita terima sekarang ini layak atau tidak
dengan kemampuan kita menjalankan amanat pendidikan nasional kita.
2) Perbedaan Kurikulum Jepang dan Amerika
“Mahasiswa Jepang
menghabiskan 240 hari setahun di sekolah, 60 hari lebih dari rekan- rekan mereka di Amerika” (Johnson &
Johnson 1996) Struktur sekolah di Amerika dan Jepang berbeda dalam berbagai
segi . hal pertama, dan yang paling penting, adalah bahwa sekolah-sekolah
di Jepang menggabungkan kurikulum nasional yang dibuat oleh Departemen
Pendidikan Nasional Jepang. tidak seperti sistem pendidikan di Amerika Serikat,
di mana masing-masing negara bagian menentukan kurikulum sendiri, pemerintah
federal memutuskan masing-masing sekolah apa yang harus diajarkan,
bagaimana mengajarkannya, dan bahkan sampai buku sumber yang di pakai.
Ada banyak implikasi dari perbedaan struktur pendidikan
yang di anut oleh kedua negara tersebut. Di sekolah-sekolah Amerika,
setiap negara bagian memilki kurikulum sendiri-sendiri, yang
berarti bahwa negara memiliki otonomi serta bertanggung jawab atas pembelajaran
siswa. setiap negara kemudian menerapkan kurikulum di sekolah-sekolah
,berdasarkan pada sumber daya yang tersedia untuk negara masing-masing dan apa
yang terbaik bagi proses pendidikan di negara bagiannya. Namun, masalah utama
yang muncul dalam sistem di AS adalah proses pendidikan menjadi tidak
merata , dan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kondisi keuangan di
negara bagian masing masing.
Sementara itu di Sekolah jepang, dilakukan
nasionalisasi pendidikan, yaitu memastikan bahwa setiap siswa menerima
pendidikan yang sama,yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan berdasarkan
kurikulum diferensial. Di AS, meskipun pengujian standar seperti ACT dan SAT
yang dinasionalisasi, kenyatan di lapangan ternyata tidak demikian.
Di Perguruan tinggi ,siswa dari sekolah dengan sumber daya yang berbeda, dan
kurikulum yang berbeda pula, harus bersaing secara nasional saat melamar ,
akibatnya siswa dari latar belakang yang kurang beruntung (sosio-ekonomi dan
pendidikan) menjadi korban dari inkonsistensi. Sementara di sekolah-sekolah
Jepang mendidik siswa menjadi Pribadi/Siswa yang unggul, di AS mereka
harus menemukan cara mengatasi rintangan dari desentralisasi kurikulum, yang
ditentukan negara. Padahal menurut salahsatu penelitian menunjukan ,
“ketika guru AS menggunakan kurikulum yang paralel seperti Jepang,
prestasi AS mirip dengan Jepang” (Westbury 24).
Perbedaan struktur kedua, antara sekolah di
Jepang dan AS bisa dilihat dari pemanfaatan jumlah hari belajar.di Jepang menghabiskan, “240 hari
setahun di sekolah, 60 hari lebih dari rekan-rekan mereka di Amerika” (Johnson
1996). Meskipun di sekolah sekolah jepang , kegiatan yang diarahkan pada kajian
budaya dan kunjungan lapangan, siswa di Jepang masih menghabiskan jauh lebih
banyak waktu di sekolah dibanding pelajar di AS.di
tambah, beberapa sekolah tradisional Jepang memiliki setengah
hari instruksi pada hari Sabtu.
Menurut beberapa perkiraan, dalam 13 tahun sekolah, siswa AS
dalam menerima pembelajaran , tetap hampir kurang setahun dari siswa di
Jepang. Mahasiswa Jepang menerima waktu lebih aktual per hari dan lebih fokus,
tidak hanya pada studi akademis, tetapi mereka juga memiliki waktu yang
jelas dalam hal praktik, pengulangan, dan luasnya pengetahuan. Akhirnya,
meskipun AS menghabiskan sejumlah uang relatif lebih besar daripada
pendidikan di Jepang, banyak dana yang dialokasikan digunakan untuk hal-hal lain
selain akademisi. Ini termasuk dana untuk transportasi, makanan, atletik dan
kustodian serta uang untuk program-program. Bahkan, sebanyak 40% dari US
kurikulum dikhususkan untuk mata pelajaran non akademis (Abbeduto 380).
Sebaliknya, sebagian besar siswa di Jepang berjalan atau naik
sepeda motor pada saat ke sekolah ,dan hampir di semua sekolah tradisional
Jepang ,membiasakan siswanya membersihkan sekolah di setiap akhir
pembelajaran. Kegiatan ekstra kurikuler seperti olahraga di lakukan sepulang
sekolah, dan hanya diperbolehkan untuk memilih satu klub saja, bahkan sebagian
siswa menganggap kegiatan seperti ini menjadi penghalang bagi peluang
mereka melewati ujian masuk dan mungkin akan menghalang keberhasilan mereka
(Johnson 1996).
2.2
Kurikulum di masa mendatang
Kurikulum masa yang akan datang disebut juga kurikulum masa depan, yaitu
kurikulum yang merangkumi pendekatan yang berpusatkan pada murid dan
membolehkan mereka memahami kekuatan dan masing-masing serta berupaya belajar
sepanjang hayat. Pengalaman belajar direka untuk membantu murid menyepadukan
pengetahuan baru dan dimurnikan bagi melahirkan celik akal melalui banding
beza, membuat induksi, deduksi dan menganalisis. Pengalaman belajar memberikan
murid peluang untuk menggunakan pengetahuan secara bermakna bagi membolehkan
mereka membuat keputusan dan untuk membentuk pemikiran kritikal, kreatif, dan
futuristic serta penyelesaian penyelesaian masalah seperti Kajian Masa Depan.
Tujuan akhir
pendidikan adalah agar anak didik mendapatkan ilmu, keterampilan, kompetensi,
dan nilai yang memungkinkan mereka hidup produktif baik bagi dirinya ataupun
lingkungannya. Hal di atas dapat dicapai jika kurikulum pendidikan berorientasi
kemasa depan, disusun dengan mempertimbangkan beberapa pendapat futurulog yang
dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial dimasa datang. Semua itu
dipengaruhi oleh visi masa depan penyusun kurikulum tersebut. Bila visi
serta bayangan masa depan salah satu akan berimplikasi juga terhadap aktifitas
pendidikan yang mereka lakukan. Visi pendidikan akan masa depan dipengaruhi
oleh pengetahuan mereka dimasa lalu dan bacaan mereka sekarang.
Pendekatan
yang harus ada dalam pencapaian visi dan misi pelaksanaan kurikulum masa yang
akan datang, yaitu:
- Kandungan akan dibekalkan melalui berbagai cara penyampaian dengan menggunakan berbagai strategi.
- Kurikulum akan dibina sebagai modul dan diakses melalui rangkaian jaringan.
- Bahan pengalaman dan sokongan akan diperolehi daripada pelbagai sumber dan disepadukan ke dalam struktur terus kurikulum.
Dimensi
Manfaat Pendidikan pada Masa yang akan Datang
Orang yang
akan mendapat beberapa keuntungan atau manfaat pendidikan yang pertama dan yang
paling nyata adalah siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sehingga setiap karakteristik tersebut harus dapat dipahami agar
mereka dapat mencapai manfaat dalam pendidikan. Sebagai tambahan pengaruh orang
lain dalam masyarakat dapat mempengaruhi pendidikan siswa, baik secara langsung
maupun tidak langsung (keluarga dan teman-teman atau guru). Manfaat yang akan
diperoleh siswa mudah sekali untuk dijelaskan, siswa yang belajar membaca
disekolah lebih baik dari pada mereka yang tidak dapat membaca. Dalam ekonomi
hal ini disebut “manfaat pribadi”. Para ekonom membedakan manfaat pribadi
dengan manfaat sosial. Manfaat sosial adalah sesuatu yang dapat mengembangkan
orang selain pendidikan. Masyarakat dikatakan lebih baik karena pendidikan
mereka.
Karakteristik
dan pembawaan umum tertentu dapat dianggap sebagai hasil dari sekolah, termasuk
pemahaman tentang nilai demokrasi sebagai upaya untuk memerangi segala
bentukkediktatoran dalam suatu pemerintahan dan kemampuan untuk berpikir kritis
dan yang pantas. Keahlian tersebut mungkin menjadi pengaruh tidak langsung dari
bidang studi kewarganegaraan, ilmu sosial, sejarah, filsafat, bahasa, dan
pengajaran lain.
Perubahan
yang dipengaruhi oleh pengalaman pendidikan. Secara metodologis hal ini berarti
bahwa pengukuran pretest dan protest pada individu diperlukan untuk
mengidentifikasi perubahan yang disebabkan oleh pendidikan. Hal ini dikenal
sebagai “pendekatan penambahan nilai”.
Terdapat
lima cara yang berbeda untuk membuat fakulasi (penghitungan) dan
mengaplikasikan metode yang spesifik pada pendidikan yang lebih tinggi, yaitu:
- Mengevaluasi perubahan individu,
Segala yang
dihabiskan dalam pendidikan (tingkat biaya) adalah ukuran kelebihannya.
- Menyelidiki reaksi klien terhadap pendidikan universitas.
- Mempertimbangkan peningkatan dalam nilai kapita dari manusia yang merupakan hasil dari pendidikan yang lebih tinggi.
- Seberapa besar pendidikan yang lebih tinggi bertanggung jawab atau berperan dalam pertumbuhan. Kelima dalam memperkirakan nilai pendidikan universitas dengan melihat pada tingkat pengembalian investasi pada pendidikan universitas.
Manfaat pendidikan
diperoleh selama pengalaman dari pendidikan itu sendiri, manfaat pendidikan
dapat ditanyakan pada siswa setelah mereka melaksanakan pendidikan.
Persamaannya seperti manfaat sosial dari mengikuti permainan sepak bola di SMA
terjadi selama pengalaman pendidikan.
Tantangan
Pendidikan Masa Depan
Untuk masa
depan, pendidikan harus dapat mengantisipasi dan mengelolah masa depan sekolah
agar program sekolah dapat merespon terhadap kebutuhan anak didik, bukan hanya
saja dalam praktek tetapi aplikasinya kepada pekerjaan, tapi yang penting
adalah membuat mereka mengerti, menerima dan menghargai kenyataan yang ditemui.
Hal tersebut tidak mudah karena selama ini sekolah telah terbiasa berperan
sebagai alat untuk mempertahankan kebudayaan secara konservatif.
Sekolah
memerlukan organisasi agar dapat mengelolah dasar dan kecepatan tingkat
perubahan. Pengelolaan tidak lagi diatur oleh segelintir orang yang membuat
keputusan apa yang terbaik untuk masyarakat. Tofler mengatakan bahwa dalam
mendisain sistim pendidikan hari esok harus melibatkan segala pihak
termasuk keinginan anak didik tentang masa depan yang dihadapinya yang jauh
lebih komplit. Bayangan masa depan juga dipengaruhi sikap mental ideologi. Tapi
kebanyakan kita percaya harus melanjutkan rancangan program pendidikan yang
menekankan individualisme, rationalisme, kekeluargaan, agama dan kebangsaan.
Pada akhirnya kita harus sadar bahwa kurikulum masa depan adalah suatu pilihan
alternatif bagi seluruh manusia.
Pembuat
kurikulum harus menciptakan program agar seluruh pelajar dapat berfungsi
optimal dalam masyarakat masa depan. Tugas berat ini memang berat dan mungkin
sangat susah dicapai, namun demikian harus disadari bahwa kurikulum bertanggung
jawab pada mewariskan kebudayaan.
Ø Peran Pengetahuan dan Keterampilan
Pembuat
kurikulum disamping punya konsep masa depan yang berbeda-beda, juga membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan dalam meramalkan masa depan. Ramalan adalah
perkiraan yang akan terjadi jika suatu kejadian yang terus berlanjut atau
bagaikan suatu jendela dimana seorang dapat melihat potensi yang mungkin
terjadi dimasa depan. Ramalan harus dibedakan dengan prediksi yaitu pernyataan
tentang kemungkinan tentang kejadian yang terjadi pada masa depan.
Ramalan
dapat dianggap seperti pintu jendela untuk melihat rencana-rencana masa datang
yang akan dibuat baik bulanan, ataupun tahunan.
Dari segi
bentuk ramalan tersebut dapat dibagi dua cara, yaitu:
- Ramalan Eksplorasi, adalah ramalan yang diambil dari pengolahan data-data yang bertujuan menemukan kemungkinan kapabilitas, perubahan, kesempatan, dan masalah yang mungkin atau kelihatannya muncul dimasa depan.
- Ramalan Normatif, adalah ramalan yang mendasarkan pada norma-norma yang mungkin sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam mencapai norma tersebut.
Dari cara
pendekatan maka ramalan masa depan itu dapat pula dibagi:
Ramalan
Simulasi
Ramalan
simulasi ini memperkirakan masa depan dengan mengaktifkan model-model yang
telah dikenal dari fisik, sosial, lingkungan hukum yang menentukan bagaimana
semuannya mempengaruhi masa depan. Dalam hal ini pendidik harus menciptakan
model-model sistim pendidikan yang akan datang dengan melihat variabel-variabel
kunci kemudian memakai formula matematika yang beragam, disain program komputer
yang menjadikan mereka untuk menuju hasil dari aksi yang berlangsung, atau
identifikasi dan lalu evaluasi aksi alternatif yang mungkin hasil dari membuat
pilihan khusus.
Ramalan
Trend
Prosedur
ini, pendidik memplot secara matematis batas dari kejadian (trend) yang
ditemukan dan meluaskannya sampai ke masa depan. Contoh: Bila pendidik tertarik
jumlah pengetahuan baru yang ditemukan pada subjek atau disiplin, dapat diplot
dalam grafik atau perbandingan atas pont khusus dalam waktu-dekade, tahun atau
bulan, dan merancang dalam peningkatkan order. Menyusun informasi dalam hal
ini, pendidik dapat melihat bila variabel sebagai contoh, jumlah penemuan dalam
biologi-meningkat atau menurun dengan berlalunya waktu. Garis lurus mungkin
cocok dengan point dan lalu meluas diantara point yang paling akhir. Bila garis
menunjukan peningkatan, lalu pendidik dapat meramalkan mereka akan
sepertinya memerlukan mengekspansikan cakupan kurikulum biologi, atau
sekurangnya memikirkan cara integrasi isinya demi meyakinkan pelajar
mengumpulkan informasi terbaru.
Ramalan
Intuitif
Prosedur ini
adalah sesuatu yang dapt dilakukan semua orang. Berkaitan dengan bayangan atau
perasaan orang tentang masa depan. Persepsi ini dari apa yang akan mempengaruhi
keputusan dan aksinya seperti halnya beberapa pandangan merek yang menjadi
kenyataan. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan merasa bahwa dimasa depan
akan dibutuhkan lebih banyak lagi sains dan kursus matematika dalam sorotan
meningkatnya teknologi alam dari masyarakat kita. Dengan kata lain, intuisi
mereka tentang peningkatan teknologi menjadi penting sebuah alat untuk meramal
apa yang berguna bagi pendidikan masa depan.
Ramalan
Delphi
Prosedur
yang paling dikenal, berupa penyaringan beberapa pendapat ahli mengenai masa
depan. Proses ini dilakukan berulang beberapa kali sampai dicapai konsesus
pendapat tentang masa depan. Ada beberapa tahap proses Delphi seperti melakukan
beberapa kuesiner berulang-ulang dan kemudian ditarik kesimpulan dan ramalan
sehingga dapat dimasukan pada kurikulum yang dibuat.
Ramalan Skenario
Prosedur
yang membuat ramalan dengan pembuatan skenario yang berbentuk inovasi proses,
imajinasi dan khayalan yang masuk akal untuk direnungkan. Skenario kurikulum
dapat berupa isi, teknik, konten dari kurikulum. Disamping itu dapat juga
dibuat skenario keseluruhan proses belajar dan mengajar yang mungkin terjadi.
Ramalan
Analisa Kekuatan
Ramalan ini
didasarkan pada kekuatan dan sumber daya yang dipunyai pada masa sekarang dan
diproyeksikan pada masa depan. Data yang akan terkumpul dipakai untuk meramal
keberadaan masing-masing kekuatan dan impak terhadap kurikulum.
Era
Kurikulum Masa Depan
Informatif
Informatif
berarti kurikulum juga mempelajari cara-cara mempergunakan alat informasi
komputer, karena dengan komputer anak didik dapat mengakses informasi-informasi
yang mereka perlukan. Komputer juga dapat dipakai untuk mencari informasi ilmu
dari bahasa asing karena kesanggupannya untuk menterjemahkan ke dalam bahasa
yang dimiliki siswa. Karena itu supaya kurikulum itu informatif maka pelajaran
dan penggunan komputer dimasa depan harus ditingkatkan.
Ø Masa Depan Sebagian Konten Kurikulum
Dalam konten
kurikulum juga harus dimasukkan bagaimana siswa mulai belajar tentang prosedur
perencanaan, beberapa type heuristik yang berhubungan dengan informasi, prosedur
mengendalikan stres akibat cepatnya perubahan. Jadi mereka diajak bukannya
hanya berpikir kritis tentang masa depan, tapi juga bagaimana cara membatasi
antara pikiran yang logis dan tidak logis.
- Design Kurikulum
- Subject Centered Design
Design ini
adalah design tradisional yang mungkin akan hilang dimasa datang. Design ini
didasarkan pada kemampuan intelektual yang harus dikuasai. Sebagai contoh dapat
dilihat subjek-subjek yang harus dikuasai seperti:
- Pada level Sekolah Dasar (SD), subjek disainnya adalah materi dari pelajaran bahasa dan kemampuan komunikasi, ilmu sosial, matematika, sains, dan seni.
- Pada level Sekolah Menengah Pertama (SMP), subjek akdemik tradisional terdiri dari pelajaran bahasa Inggris, matematika, sains, ilmu sosial, dan bahasa asing.
- Child Centered Design
Berbeda dari
desain tradisional, maka kurikulum diarahkan pada minat dan interest anak
didik. Tambah lama subjeknya berkurang bahwa sekarang cenderung ke arah dasar
dan persiapan masyarakat teknologi.
1. Pendapat Para Ahli tentang Masa Datang dan Aliran Masa
Datang (Future and Futurism)
Para ahli
memikirkan bahwa era teknologi ke era informasi sekitar tahun 1950 an, namun
menurut Jhon Nasbitt bahwa masyarakat masih terjebak dalam dua era,
dimana masa industri menjadi pemimpin dalam era informasi. Jebakan ini akan
mengganggu banyak orang karena beberapa informasi yang diterima dalam masa
paska industri telah mengaburkan bayangan orang akan masa datang. Orang harus
membiasakan diri dengan paradigma baru untuk mengatur pekerjaan dan pergaulan
sosial mereka. Banyak yang tidak mengerti mengenai aturan yang telah berlaku,
sehingga mereka merasa telah kehilangan rasa aman bekerja pada masa lalu dan merasa
harus memulai kembali.
Ketidaknyamanan
perubahan pada masa transisi timbulnya begitu mendadak. Di Eropa pergantian era
agraris menjadi industri memakan waktu beberapa abad. Pergantian dari suatu
industri ke masyarakat informasi hanya dalam dua sampai tiga dekade. Pergantian
yang begitu cepat ini tidak memberi kita waktu untuk merefleksikan secara alami
perubahan yang terjadi, bagaikan sempitnya ruang untuk bernafas. Malah Alvin
Tofler menyebutnya sebagai future shock berupa disorientasi individu
akibat pengalaman masa lalunya yang tidak efektif untuk memahami ataupun
mengambil keputusan pada hari ini atau besok.
Pandangan
kita tentang waktu pun juga punya perbedaan. Dalam era pertanian kita
berorientasi pada masa lalu, era industrialisasi kita melihat kemasa sekarang,
sedangkan pada era informasi kita berorientasi pada masa depan. Perubahan
orientasi waktu ini juga mempengaruhi penyusunan kurikulum pendidikan yang
berorientasi dengan masa depan. Walaupun pendidik mungkin tidak mempunyai alat
yang perfek untuk berhadapan dengan semua aspek masa datang, sesungguhnya
mereka memiliki pandangan serta kreasi masa datang. Alat tersebut merupakan
bagian dari bidang futuristik, kadang disebut aliran future atau kajian future.
Apapun namanya, meliputi pengetahuan ramalan dan seni dari imajinasi keduanya.
Disiplin ini memandang kejadian sosial dan teknologi tidak terpisah tapi saling
terkait dalam suatu sistem ataupun proses yang menyeluruh. Suatu peristiwa akan
mempengaruhi peristiwa lainnya dan akhirnya berefek pada kejadian berikutnya.
Dengan mengetahui interaksi demikian maka kita sering dapat membayangkan apa
yang akan terjadi dimasa datang. Futurism adalah suatu usaha sistematis dalam
menggabungkan anatara ramalan kreatif dengan rencana dan kegiatan yang
akan dilakukan. Sehubungan dengan bidang fururism ini maka kurikulum seyogyanya
disusun dengan berorientasi masa depan dan menentukan program pendidikan jenis
apa yang mempunyai kemungkinan tertinggi dapat memahami kondisi demikian.
Dengan
melihat masa depan, para pendidik seharusnya proaktif dan menghindari cara-cara
reaktif. Dimasa lalu, para pendidik selalu memakai cara reaktif terhadap
kejadian-kejadian yang berdampak pada program sekolah. Dan malah hal tersebut
masih berlangsung karena kurikulum baru dirubah sebagai respon dari gejala yang
ada pada masyarakat.
Bahan Ajar
di Masa yang akan Datang
Bahan ajar
di masa depan ada yang bisa diprediksi dan sebagian lagi tidak bisa diprediksi.
Keadaan yang bisa diprediksi misalnya, pelajaran hybrid akan mengarah kepada
biostatik dan biologi molekuler, pelajaran diet dan olah raga akan mengarah
kepada kesehatan tubuh dan lainnya. Keadaan yang tidak bisa diprediksi antara
lain perubahan sosiobudaya yang terjadi pada masyarakat karena masyarakat yang
cenderung pluralistik sehingga kurikulum masa depan mungkin lebih banyak
berkaitan dengan realisme, ethnicisme, dan sexism. Sejalan dengan masyarakat
yang menjadi bermacam ragam budaya dan etnik, maka harus lebih banyak lagi
pelajaran tentang pendidikan global dan internasional. Pada kurikulum baru
mungkin saja akan ditemui materi-materi baru seperti pelajaran metacognition,
transductive thinking, managemen, dan lainnya. Pelajaran baru terfokus mungkin
berurusan dengan kelaparan, penyakit, banjir atau akibat konsekuensi sosial ekonominya.
Pelajaran baru berjudul ”perbatasan” mungkin memasukkan geografi dari laut,
sampai universal, juga sosiologi kejahatan atau asalnya terjadi konflik dan
lebih banyak lagi kedalam kurikulum. Sejalan dengan pelajaran formal yang asli,
kekomplekkan dan tantangan dari perubahan serta bagaimana menyampaikannya tidak
pernah akan berakhir.
Ketidak
Stabilan Pendidikan Mempengaruhi Kurikulum
Perubahan
sikap ini terjadi karena terjadinya pluralisme pada masyarakat sehingga sekolah
dan masyarakat sebagai tempat peleburan (melting pot) dalam bentuk
cara-cara baru. Berdasarkan pandangan ini, sekolah memegang peranan integral
dalam mengurangi perbedaan budaya dan etnik diantara orang-orang dalam
membawakan budaya umum seperti di Amerika. Kurikulum harus dirancang dengan
program mendevaluasikan keunikan masing-masing individu dalam model yang dapat
diterima untuk semua, namun tetap disesuaikan dengan perkembangan talenta anak
didik. Malah harus dipikirkan bagaimana memodifikasi sekolah agar cocok dengan
anak didik dari pada menuntut anak didik yang harus berubah mencocokan dengan
sekolah.
Ø Keputusan dalam Penentuan Kurikulum Masa yang akan
Datang
Dunia kita
ini sangat kompleks, karena itu sangat sulit memprediksi interpretasi kita pada
sesuatu kejadian secara tepat atau melakukan antisipasinya sesuai dengan
target. Karena itu Kenneth Boulding mengatakan, bahwa kita akan menemui
serba ketidakpastian pada setiap keputusan yang diambil. Demikian juga pada
keputusan-keputusan dalam bidang pendidikan. Berbeda jika situasi tersebut
pasti, maka keputusan dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal karena dapat
memfokuskan pada sumber daya dan waktu yang ada. Demikian maka keputusan dibuat
terbuka dengan memberikan beberapa opsi sambil menyusun dan mereview
perencanaan yang telah dibuat, karena kalau terjadi kegagalan akan memberikan
resiko terbuka biaya yang tinggi. Seperti halnya dalam pendidikan jika suatu
kurikulum dibuat dengan keputusan yang salah dan tidak memenuhi kebutuhan anak
didik, maka akan menimbulkan masalah sosial baru, misalnya sebagai pengangguran
baru.
2.3 Seharusnya kurikulum
Pendapat
penulis mengenai kurikulum di indonesia saat ini seharusnya terlebih dahulu
diadakan sosialisasi kepada seluruh pendidik secara merata Sosialisasi kurikulum 2013 sangat
penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada pendidik di daerah.
“Seharusnya sosialisasi kurikulum 2013 disosialisasikan ke daerah supaya para
guru dan pendidik di daerah bisa memahami dan mengerti,” tutur saat menjadi
pembicara di Seminar Nasional Kurikulum 2013 di Hotel Sandaan Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Pangandaran .
Selain itu, dalam pembuatan kurikulum
2013 pun seharusnya meminta masukan dari berbagai kalangan ahli, pengajar dan
masyarakat supauya tidak terjadi kontroversi dan kurikulum tidak membingungkan
pengajar. “Seharusnya Pak Menteri (Muhammad Nuh) meminta masukan dari kalangan
ahli, pengajar dan masyarakat untuk dijadikan input sehingga ketika kurikulum
terbentuk, bisa dipahami dan tidak membingungkan,” ungkap Fahrus yang juga
caleg DPR dari Partai Nasdem ini.
Banyak keluhan-keluhan mengemuka dalam
rancangan kurikulum 2013, diantaranya rencana penambahan jam pelajaran.
Di kurikulum 2013, jumlah jam belajar bertambah dari 26 jam menjadi 30 jam per
minggu untuk siswa SD. Berikutnya, untuk siswa SMP dari 32 jam menjadi 38 jam.
“Seharusnya pemerintah menghitung dan
mempertimbangkan dampak dari penambahan jam pelajaran terhadap aktivitas sosial
siswa di luar sekolah, seperti mengikuti madrasah atau pun kursus-kursus di
luar materi pelajaran sekolah,” ungkapnya.
Drs Enggartiasto Lukita, ketua Umum IKA
UPI mengatakan kurikulum 2013 belum siap diterapakan di dunia pendidikan
Indonesia, karena akan menimbulkan kesenjangan. Pemerintah seharusnya
menangguhkan menerapkan kurikulum 2013. “Kurikulum 2013 belum siap diterapkan
di dunia pendidikan Indonesia dan seharusnya pemerintah menangguhkan penerapan
kurikulum 2013,” pintanya.
Menurutnya pemerintah belum siap dan
jangan memaksakan menerapkan kurikulum 2013 ketika pemerintah belum siap karena
yang dipertaruhkan masa depan bangsa.
“Pemerintah belum siap untuk menerapkan kurikulum 2013 jangan dipaksakan kalau belum siap karena yang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa,” ujarnya.
Kepala SMA Muhammadiyah U Kosasih mengatakan kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 menyebabkan para pendidik dan pengajar tidak memahami dan mengerti isi dan tujuan kurikulum yang akan diterapkan.
“Pemerintah belum siap untuk menerapkan kurikulum 2013 jangan dipaksakan kalau belum siap karena yang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa,” ujarnya.
Kepala SMA Muhammadiyah U Kosasih mengatakan kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 menyebabkan para pendidik dan pengajar tidak memahami dan mengerti isi dan tujuan kurikulum yang akan diterapkan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan dari makalah ini yaitu
sebagai berikut.
Kurikulum adalah aktivitas dan
kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah
bimbingan sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah.
Konsep kurikulum berkembang
sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi
sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum juga
sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan) dengan
kurikulum yang fungsional (functioning curriculum). Suatu kurikulum, apakah itu
kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah atau perguruan tinggi,
kurikulum sekolah umum, kejuruan, dan lain-lain merupakan perwujudan atau penerapan teori-teori kurikulum. Bidang
cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi (1) konsep kurikulum, (2)
penentuan kurikulum, (3) pengembangan kurikulum, (4) desain kurikulum, (5) implementasi dan (6) evaluasi kurikulum.
Secara harfiah kuriulum
berasal dari bahasa latin “curriculum” yang berarti “a little race
course” yaitu jarak yang harus ditempuh dalam pertandngan olah raga yang
kemudian dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi “circle of
intruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid
terlibat didalamnya. Adapun pengertian kurikulum menurut istilah kurikulum
adalah sekumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru dan dipelajari
oleh siswa.
Kurikulum merupakan
alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka
dan mengembangkan potensi mereka yang beragam dan menyiapkan mereka dengan baik
untuk mejalankan hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab terhadap diri dan
keluarga, masyarakat dan bangsa, serta turut secara aktif untuk kemajuan
masyarakat dan bangsanya
Tinjauan historis
kurikulum pendidikan Islam dibagi menjadi tiga fase, yaitu klasik, pertengahan
dan moderen. Karakteristik kurikulum pendidikan Islam yaitu menonjokan tujuan
agama dan akhlak, meluaskan cakupannya, adanya keseimbangan diantara berbagai
ilmu yang disajikan, bersikap menyeluruh dan disesuaikan dengan minat serta
bakat peserta didik.
Ada empat landasan
kurikulum yaitu landasan agama, falsafah, psikologis dan sosial.
Prinsip-prinsip
kurikulum pendidikan Islam ialah relevansi, efektifitas, efisiensi,
berkesinambungan dan fleksibilitas.
Komponen yang harus ada
dalam kurikulum yaitu tujuan kurikulum, isi kurikulum
dan organisasi serta strategi kurikulum.
3.2 Saran :
Kita
sebagai calon pendidik harus mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum, karena
kurikulum mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan
akan berhasil jika kurikulum yang disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan
peserta didik guna mencapai Tujuan Nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hernawan,
Asep Herry, dkk. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Depdiknas.
2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : BP. Dharma Bakti.
Nasution, S. 2006. Kurikulum dan
Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Subandijah. 1993. Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Komentar
Posting Komentar
Untuk Masuk Jangan Lupa Like